Berikut ini beberapa tip terbaik yang berguna untuk Anda yang sedang mencari kerja:
1. Menulis email yang memukau
Selain
mempunyai resume dan surat pengantar yang sempurna, kita terkadang lupa
bahwa email yang kita kirim juga akan meninggalkan sebuah kesan.
Beberapa tip? Tulislah hal yang spesifik pada subjek email dan
menjaganya agar tetap pendek dan manis.
2. Memaksimalkan LinkedIn
Baru-baru
ini LinkedIn berbenah, sehingga jangan ragu lagi untuk memanfaatkan
fitur-fitur jaringan ini. Berbagi kabar terbaru dan artikel, mendapatkan
informasi lebih mendalam melihat jaringan Anda, melihat bagaimana orang
menemukan Anda, dan masih banyak lagi.
3. Hindari dosa berburu pekerjaan
Tentu
saja, ada dosa berburu pekerjaan yang harus Anda hindari, misalnya
mengirim resume yang berantakan, tetapi ada juga yang dosa yang
samar-samar — misalnya ingin mendapatkan posisi tertentu, pencarian yang
tidak fokus. Ini penting untuk segera diatasi.
4. Akhir pekan yang produktif
Apakah
Anda saat ini bekerja dan mencari pekerjaan baru atau Anda memiliki
prioritas lain selama sepekan? Ada strategi tertentu berburu pekerjaan
terbaik disimpan untuk akhir pekan. Lain kali jika Sabtu telah tiba,
manfaatkan waktu dengan mengatur pertemuan dengan kontak profesional
yang tidak punya waktu selama hari kerja. Luangkan waktu untuk belanja
setelan jas, atau bikin rencana untuk pekan depan.
5. Gunakan template yang gratis dari internet
Jika
ada alat di luar sana untuk membantu membuat lebih mudah mencari
pekerjaan, Anda setidaknya harus mencobanya sesekali. Salah satu yang
paling efektif dan murah (baca: gratis) untuk mengatur pencarian kerja
Anda adalah Google Doc Template. Gunakanlah untuk mengunduh model
dokumen yang relevan seperti Network Tracker dan menyesuaikan mereka
berdasarkan lamaran Anda.
6. Hindari kesalahan dalam CV
Kesalahan
ejaan dan kesalahan ketik lainnya bukan satu-satunya kesalahan yang
paling banyak dibuat pencari kerja. Informasi yang tidak relevan,
prestasi yang tidak jelas, atau menggunakan email norak adalah beberapa
hal yang harus dihindari.
7. Mengambil keuntungan dari jejaring sosial
Kita
tidak selalu mempertimbangkan jejaring sosial sebagai alat yang ampuh
dalam berburu pekerjaan. Padahal hal itu benar bermanfaat. Para perekrut
menggunakannya untuk mencari karyawan potensial dan Anda akan banyak
membantu diri sendiri dengan menjadi kreatif dan aktif (tapi tidak
berlebihan) dan mengikuti tip penting lainnya.
8. Tetap optimistis
Berburu
pekerjaan bisa jadi sangat melelahkan, tetapi tidak peduli apa pun yang
terjadi, sangat penting untuk menemukan cara-cara menjaga sikap positif
melalui semua itu. Hal itu mungkin lebih mudah diucapkan daripada
dilakukan. Penelitian telah menunjukkan bahwa tetap bersikap positif
menjamin kesempatan yang lebih baik untuk sukses dan orang-orang yang
tetap optimistis selama perburuan, mendapat pekerjaan setelah empat
bulan.
9. Kuasai pembuatan surat pengantar
Banyak-banyaklah
mencari tip dalam menulis surat lamaran. Hal itu bisa menjadi faktor
penentu dalam ditolak atau diterimanya lamaran Anda. Beberapa hal yang
perlu diingat: fokus pada perusahaan, bukan diri sendiri, buat setiap
lamaran mempunyai nada yang berbeda. Dan selagi Anda melakukannya,
pahamilah kesalahan dalam surat lamaran lalu hindarilah.
10. Minta referensi dari orang yang Anda kenal
Jika
Anda kebetulan mengenal seseorang di sebuah perusahaan dengan posisi
ideal - Hebat! Tapi itu tidak berarti Anda hanya perlu memberitahu rekan
Anda tentang minat Anda, dan hal ajaib akan langsung terjadi. Masih ada
banyak hal untuk dilakukan dan jangan meminta referensi pribadi yang
dapat membuat perbedaan besar.
11. Simulasi wawancara kerja
Apakah
Anda punya sejumlah janji wawancara atau masih menunggu? Ada banyak
manfaat mempersiapkan jawaban Anda untuk pertanyaan wawancara kerja yang
paling umum. Mulai dari "Mengapa Anda ingin bekerja untuk kami?" sampai
"Apa kelemahan terbesar Anda?", persiapkanlah dengan baik, dan Anda
akan berada 10 langkah di depan orang lain.
Kamis, 01 Agustus 2013
Posisi Menentukan Karier Anda
Ghiboo.com - Tidak betah di kantor,
ingin cepat istirahat makan siang atau segera absen pulang adalah
masalah klasik pekerja kantoran. Membuat kantor senyaman rumah memang
hampir mustahil.
Namun Anda masih bisa mengotak-atik wilayah kekuasaan Anda: meja kerja. Sebagian kantor membatasi meja kerja satu dan lainnya dengan kubikel. Kubikel seringkali membuat penghuninya merasa terisolasi tanpa ruang privasi.
Carol M. Olmstead, Penulis Feng Shui Quick Guide for Home and Office: Secrets for Attracting Wealth, Harmony, and Love, memberikan tip sederhana untuk menjadikan kubikel Anda lebih nyaman dan mendukung majunya karier Anda. Berikut di antaranya.
1. Posisikan meja Anda sedemikian rupa hingga Anda bisa melihat seluruh kubikel meski sedang menghadap monitor. Pastikan Anda bisa melihat ke pintu masuk ke kubikel Anda. Ini yang dinamakan "power position" dalam fengshui.
Jika menggeser meja tidak memungkinkan, Anda bisa menaruh cermin yang bisa memantulkan apa yang terjadi di belakang Anda. Ini menyimbolkan Anda tak akan "tertangkap basah" mengerjakan proyek unggulan oleh kompetitor atau rekan kerja Anda, jika mereka tiba-tiba masuk.
2. Meja berantakan bisa jadi petunjuk tidak menyenangkan. Dalam fengshui, kekacauan di atas meja Anda bisa berarti ketidakmampuan untuk maju dan banyaknya keputusan yang tertunda.
Jika Anda membiarkan meja Anda berantakan, tidak heran jika karier Anda ikut terhambat. Meja kerja hanya untuk berkas-berkas yang sedang Anda kerjakan saja. Arsip lainnya bisa disimpan di gudang arsip. Jangan tumpuk semua di kubikel sempit Anda.
3. Kursi merepresentasikan karier Anda. Pilihlah kursi yang nyaman dan bersih. Kursi yang kotor merepresentasikan sikap masa bodoh terhadap karier. Jika kursi Anda sobek minta diganti sesegera mungkin.
4. Stres dan kelelahan bisa terjadi karena menatap monitor terlalu lama. Simpan tanaman hijau dekat monitor Anda dengan jarak setidaknya sekitar 90 cm untuk mengoreksi energi elektromagnetik negatif yang diproduksi komputer. Tanaman hijau tetap menghubungkan Anda dengan alam
Mengapa Anda Frustrasi di Tempat Kerja
Gaji besar dan fasilitas mewah tidak bisa membuat Anda puas. Anda perlu
sesuatu yang lebih dari itu. Jika Anda setuju dengan salah satu
pernyataan di bawah ini, maka kemungkinan pekerjaan Anda tidak
memuaskan.
Perusahaan Anda tidak inspiratif
Jika Anda ingin perusahaan Anda memiliki tujuan lebih mulia dari sekadar mengisi pundi-pundi uang pemilik, cobalah bikin proyek komunitas atau pengumpulan buku, kata Nicole Williams, pakar karier dari LinkedIn. Ini akan mengakrabkan karyawan.
Anda tidak peduli tentang proyek yang Anda kerjakan
Saat Anda terjebak dengan tugas-tugas yang dapat Anda lakukan dalam tidur Anda (atau yang membuat Anda bosan sampai tertidur), pertimbangkan cara-cara menggabungkan minat Anda dengan tujuan perusahaan dengan memperbarui situs perusahaan atau menggunakan koneksi untuk mencari klien baru.
Sebelum Anda menceritakan rencana Anda dengan atasan, siapkan solusi untuk mengerjakan pekerjaan lama saat Anda mengerjakan proyek baru, ujar Jordan-Evans.
Bos Anda tidak pernah berbicara kepada Anda
Ini seperti naksir seseorang saat SMA: Kadang-kadang Anda harus membuat langkah pertama. Jika organisasi Anda tidak memerlukan ulasan dari karyawan, mintalah pertemuan dengan atasan Anda, Boucher mengatakan. "Anggap saja sebagai dialog dan waktu yang tepat untuk mengatasi masalah yang mungkin ada di sekitar pekerjaan Anda."
Pendapat Anda tidak penting
Ini benar-benar membuat frustrasi karena merasa Anda tidak dianggap serius. Tapi membuat komentar yang tidak berdasar adalah cara tercepat untuk membuat Anda semakin ditinggalkan. "Hadirilah acara industri, bacalah blog, dan ajukan pertanyaan," ujar Williams. "Setelah Anda mencerna informasi yang ada di luar sana dan memadukannya dengan ide-ide Anda sendiri dengan cara yang berwawasan dan bijaksana orang-orang pasti akan mulai mendengarkan Anda."
Tidak ada kesempatan untuk dipromosikan
Ruang pertumbuhan adalah kunci menjadi bahagia di tempat kerja, terutama ketika Anda pertama kali memulai. Sebelum Anda terjebak dan menjadi asisten seumur hidup, tanyakan pada manajer Anda, "Apa yang ingin Anda capai kuartal ini, dan bagaimana bisa saya bantu?"
Memberikan dorongan pada bos akan membuat Anda jadi karyawan berharga, ujar Williams. Dan ketika tempat lebih tinggi terbuka, kemungkinan besar, dia akan dengan senang hati memberikannya kepada Anda.
Perusahaan Anda tidak inspiratif
Jika Anda ingin perusahaan Anda memiliki tujuan lebih mulia dari sekadar mengisi pundi-pundi uang pemilik, cobalah bikin proyek komunitas atau pengumpulan buku, kata Nicole Williams, pakar karier dari LinkedIn. Ini akan mengakrabkan karyawan.
Anda tidak peduli tentang proyek yang Anda kerjakan
Saat Anda terjebak dengan tugas-tugas yang dapat Anda lakukan dalam tidur Anda (atau yang membuat Anda bosan sampai tertidur), pertimbangkan cara-cara menggabungkan minat Anda dengan tujuan perusahaan dengan memperbarui situs perusahaan atau menggunakan koneksi untuk mencari klien baru.
Sebelum Anda menceritakan rencana Anda dengan atasan, siapkan solusi untuk mengerjakan pekerjaan lama saat Anda mengerjakan proyek baru, ujar Jordan-Evans.
Bos Anda tidak pernah berbicara kepada Anda
Ini seperti naksir seseorang saat SMA: Kadang-kadang Anda harus membuat langkah pertama. Jika organisasi Anda tidak memerlukan ulasan dari karyawan, mintalah pertemuan dengan atasan Anda, Boucher mengatakan. "Anggap saja sebagai dialog dan waktu yang tepat untuk mengatasi masalah yang mungkin ada di sekitar pekerjaan Anda."
Pendapat Anda tidak penting
Ini benar-benar membuat frustrasi karena merasa Anda tidak dianggap serius. Tapi membuat komentar yang tidak berdasar adalah cara tercepat untuk membuat Anda semakin ditinggalkan. "Hadirilah acara industri, bacalah blog, dan ajukan pertanyaan," ujar Williams. "Setelah Anda mencerna informasi yang ada di luar sana dan memadukannya dengan ide-ide Anda sendiri dengan cara yang berwawasan dan bijaksana orang-orang pasti akan mulai mendengarkan Anda."
Tidak ada kesempatan untuk dipromosikan
Ruang pertumbuhan adalah kunci menjadi bahagia di tempat kerja, terutama ketika Anda pertama kali memulai. Sebelum Anda terjebak dan menjadi asisten seumur hidup, tanyakan pada manajer Anda, "Apa yang ingin Anda capai kuartal ini, dan bagaimana bisa saya bantu?"
Memberikan dorongan pada bos akan membuat Anda jadi karyawan berharga, ujar Williams. Dan ketika tempat lebih tinggi terbuka, kemungkinan besar, dia akan dengan senang hati memberikannya kepada Anda.
4 Kesalahan Dalam Wawancara Kerja
Wawancara kerja merupakan tahapan yang paling penting dalam mencari
pekerjaan. Satu kesalahan fatal saja bisa membuat Anda batal mendapatkan
pekerjaan impian. Ini beberapa kesalahan yang harus dihindari.
1. Panik dan memberikan jawaban terbata-bata
Inilah alasan Anda harus melakukan persiapan yang matang sebelum wawancara kerja. Jika perlu lakukan simulasi dengan pertanyaan-pertanyaan yang mungkin akan keluar dalam wawancara, sehingga Anda tak grogi. Satu hal lagi kiat untuk menghindari kepanikan dan jawaban terbata-bata adalah kejujuran. Jika yang Anda ungkapkan adalah sebuah kejujuran, pasti akan mudah mengutarakannya. Jangan sampai Anda dianggap tidak menguasai topik karena kegugupan Anda.
2. Hindari topik sensitif
Sering kali pihak pewawancara melakukan obrolan santai untuk membuat suasana tak terlalu kaku. Untuk hal ini, lebih baik hindari topik-topik yang sensitif seperti politik, dan SARA. Bisa jadi pihak yang Anda sudutkan dalam topik obrolan tersebut memiliki hubungan dekat dengan si pewawancara — sehingga berpengaruh terhadap penilaiannya. Lebih baik pilih topik yang ringan juga netral.
3. Hindari bergosip
Hobi bergosip bisa menjadi alasan Anda ditolak dari pekerjaan impian. Jadi jangan pernah mengajak orang yang mewawancara Anda untuk bergosip.
4. Sok tahu
Jika di saat wawancara saja Anda sudah dinilai sok tahu dan tidak mau mendengarkan orang lain, jangan berharap Anda bisa diterima kerja. Perusahaan umumnya menginginkan orang-orang yang bisa bekerja dalam sebuah tim. Bukan orang sok pintar yang individualis. Jadi jangan pernah bersikap sok tahu.
1. Panik dan memberikan jawaban terbata-bata
Inilah alasan Anda harus melakukan persiapan yang matang sebelum wawancara kerja. Jika perlu lakukan simulasi dengan pertanyaan-pertanyaan yang mungkin akan keluar dalam wawancara, sehingga Anda tak grogi. Satu hal lagi kiat untuk menghindari kepanikan dan jawaban terbata-bata adalah kejujuran. Jika yang Anda ungkapkan adalah sebuah kejujuran, pasti akan mudah mengutarakannya. Jangan sampai Anda dianggap tidak menguasai topik karena kegugupan Anda.
2. Hindari topik sensitif
Sering kali pihak pewawancara melakukan obrolan santai untuk membuat suasana tak terlalu kaku. Untuk hal ini, lebih baik hindari topik-topik yang sensitif seperti politik, dan SARA. Bisa jadi pihak yang Anda sudutkan dalam topik obrolan tersebut memiliki hubungan dekat dengan si pewawancara — sehingga berpengaruh terhadap penilaiannya. Lebih baik pilih topik yang ringan juga netral.
3. Hindari bergosip
Hobi bergosip bisa menjadi alasan Anda ditolak dari pekerjaan impian. Jadi jangan pernah mengajak orang yang mewawancara Anda untuk bergosip.
4. Sok tahu
Jika di saat wawancara saja Anda sudah dinilai sok tahu dan tidak mau mendengarkan orang lain, jangan berharap Anda bisa diterima kerja. Perusahaan umumnya menginginkan orang-orang yang bisa bekerja dalam sebuah tim. Bukan orang sok pintar yang individualis. Jadi jangan pernah bersikap sok tahu.
5 Tanda Anda Berada di Pekerjaan yang Salah
Bagi banyak orang, berat rasanya membayangkan bekerja lagi di hari Senin
setelah bersantai di akhir pekan. Namun bagi sebagian lainnya, setiap
hari langkah terasa berat untuk bekerja. Apakah Anda termasuk yang
demikian?
Berada di pekerjaan yang salah tentu menyebabkan rasa stres tersendiri. Tak ada gairah untuk pergi bekerja bahkan untuk berusaha menambah kemampuan diri demi kemajuan karir. Terjebak dalam keadaan tersebut tentu tidak menyenangkan.
Kenali apakah Anda termasuk salah satu yang mengalaminya.
Semua tentang uang
Ada dua hal berbeda yang sering terpikir pada orang yang berada di pekerjaan yang salah. Pertama, satu-satunya alasan ia bertahan bekerja di tempat tersebut walau tertekan adalah hanya karena gaji yang didapatkan. Pekerja tipe ini sering mengeluh tentang pekerjaannya, namun tak kuasa pindah ke tempat yang lain karena belum tentu mendapatkan kompensasi yang sama,
Jika uang merupakan satu-satunya alasan, bagi sebagian yang merasa pekerjaannya salah, uang belum tentu bisa membuat hati tenang bagi sebagian lainnya. Pekerja jenis ini sering berpikir tentang kenaikan gaji namun dalam hatinya berkata kenaikan gaji sebesar apa pun tetap tak bisa membuat ia mencintai pekerjannya.
Coba pikirkan kembali, apakah kenaikan 10-20 persen gaji bisa menyenangkan hati Anda? Jika belum, bagaimana dengan 50-100 persen? Jika belum juga, maka uang sebenarnya bukanlah masalah utama pada pekerjaan Anda.
Fokus pada hal negatif
Saat berada di kantor atau di luar, Anda terus sibuk mengeluh masalah kantor. Bos yang galak, HRD baru yang ketat, teman yang banyak omong, dan berbagai hal lainnya.
Anda juga menjadi enggan berbicara tentang kantor atau pekerjaan saat bertemu teman-teman. Pertanyaan atau pembahasan tentang pekerjaan sebisa mungkin Anda hindari atau penuh dengan keluhan. Ketika Anda senang dengan pekerjaan Anda, pekerjaan tersebut menjadi bagian dari hidup Anda. Anda pun bersemangat membicarakannya ketika ada orang yang bertanya atau membicarakan tentang pekerjaan.
Daripada menjadi orang yang penuh aura negatif, sebaiknya segera kenali situasi Anda. Waktu dan tenaga yang dihabiskan untuk mengeluh untuk suatu hal yang Anda tak bisa ubah, sebaiknya digunakan untuk mengembangkan kemampuan baru untuk mencari pekerjaan yang lebih baik.
Aura negatif yang dipelihara terus-menerus akan terbawa sampai ke rumah dan kehidupan sosial Anda. Karena stres tersebut Anda kemudian menjadi mudah lelah, pemurung, dan lebih sensitif. Orang tercinta di sekitar juga akan menjadi korban dari keadaan Anda.
Sering sakit
Sakit kepala, lesu, atau ketegangan otot yang berkepanjangan bisa jadi merupakan tanda-tanda fisik Anda stres dengan pekerjaan. Ketika tubuh dalam keadaan stres, tubuh akan mengirim sinyal kepada Anda.
Tak sedikit teman atau kerabat yang terdengar sering sakit-sakitan, ketika pindah ke pekerjaan baru kesehatannya membaik. Dengarkan sinyal-sinyal dari dalam tubuh Anda. Jika Anda ingin memastikan, berkonsultasilah pada ahli kesehatan. Kesehatan merupakan aset penting dalam tubuh, jangan korbankan tubuh dan mulailah lakukan tindakan untuk mengurangi penyakit yang sering mendera akibat tekanan pekerjaan.
Pikirkanlah rasio 80:20. Stres atau memiliki emosi negatif pada tempat kerja memang hal yang wajar. Rasio yang normal adalah setidaknya Anda 80 persen senang dan 20 tidak. Jika rasio tersebut sudah sangat terbalik maka sebaiknya pikirkan ulang untuk tetap bertahan di pekerjaan Anda demi kesehatan.
Tak ada kemajuan
Di kantor Anda dikenal kurang bersahabat. Enggan membantu atau bersikap aktif. Dingin terhadap pertanyaan atau teman yang mengajak diskusi. Anda hanya fokus mengerjakan pekerjaan agar cepat selesai dan bisa segera meninggalkan kantor. Anda juga enggan mengembangkan jaringan yang bisa mendukung pekerjaan.
Jika melihat ke belakang, sudah lama Anda tidak mendapat promosi atau kenaikan gaji yang sepadan. Mungkin saja hal tersebut disebabkan oleh semangat kerja Anda yang kurang sehingga kemampuan Anda tidak juga meningkat dan hasilnya penilaian kerja Anda kurang baik.
Sudah bekerja keras tapi tak juga ada perbaikan? Ini juga merupakan tanda Anda bekerja di perusahaan yang kurang tepat. Peningkatan selain dalam bentuk gaji juga bisa dalam bentuk prestasi, kemampuan kerja, pelatihan, atau ganjaran lainnya.
Menjadi orang asing
Selalu ada konflik batin tentang identitas diri. Anda merasa tak menjadi diri sendiri saat bekerja. Anda juga merasa tak senang dengan pribadi Anda di tempat kerja. Bahkan teman dekat atau teman kantor Anda merasa Anda orang yang berbeda di kantor dan di kehidupan sosial.
Pekerjaan yang sesuai dengan minat dan kepribadian tak sekadar menjadi alat mencari uang bagi diri Anda. Pekerjaan tersebut juga bisa membuat memberi manfaat terhadap perkembangan kepribadian dan membuat Anda menjadi orang yang lebih baik. Memang tak mudah mencari pekerjaan idaman tersebut. Tapi tak ada salahnya terus berusaha.
Berada di pekerjaan yang salah tentu menyebabkan rasa stres tersendiri. Tak ada gairah untuk pergi bekerja bahkan untuk berusaha menambah kemampuan diri demi kemajuan karir. Terjebak dalam keadaan tersebut tentu tidak menyenangkan.
Kenali apakah Anda termasuk salah satu yang mengalaminya.
Semua tentang uang
Ada dua hal berbeda yang sering terpikir pada orang yang berada di pekerjaan yang salah. Pertama, satu-satunya alasan ia bertahan bekerja di tempat tersebut walau tertekan adalah hanya karena gaji yang didapatkan. Pekerja tipe ini sering mengeluh tentang pekerjaannya, namun tak kuasa pindah ke tempat yang lain karena belum tentu mendapatkan kompensasi yang sama,
Jika uang merupakan satu-satunya alasan, bagi sebagian yang merasa pekerjaannya salah, uang belum tentu bisa membuat hati tenang bagi sebagian lainnya. Pekerja jenis ini sering berpikir tentang kenaikan gaji namun dalam hatinya berkata kenaikan gaji sebesar apa pun tetap tak bisa membuat ia mencintai pekerjannya.
Coba pikirkan kembali, apakah kenaikan 10-20 persen gaji bisa menyenangkan hati Anda? Jika belum, bagaimana dengan 50-100 persen? Jika belum juga, maka uang sebenarnya bukanlah masalah utama pada pekerjaan Anda.
Fokus pada hal negatif
Saat berada di kantor atau di luar, Anda terus sibuk mengeluh masalah kantor. Bos yang galak, HRD baru yang ketat, teman yang banyak omong, dan berbagai hal lainnya.
Anda juga menjadi enggan berbicara tentang kantor atau pekerjaan saat bertemu teman-teman. Pertanyaan atau pembahasan tentang pekerjaan sebisa mungkin Anda hindari atau penuh dengan keluhan. Ketika Anda senang dengan pekerjaan Anda, pekerjaan tersebut menjadi bagian dari hidup Anda. Anda pun bersemangat membicarakannya ketika ada orang yang bertanya atau membicarakan tentang pekerjaan.
Daripada menjadi orang yang penuh aura negatif, sebaiknya segera kenali situasi Anda. Waktu dan tenaga yang dihabiskan untuk mengeluh untuk suatu hal yang Anda tak bisa ubah, sebaiknya digunakan untuk mengembangkan kemampuan baru untuk mencari pekerjaan yang lebih baik.
Aura negatif yang dipelihara terus-menerus akan terbawa sampai ke rumah dan kehidupan sosial Anda. Karena stres tersebut Anda kemudian menjadi mudah lelah, pemurung, dan lebih sensitif. Orang tercinta di sekitar juga akan menjadi korban dari keadaan Anda.
Sering sakit
Sakit kepala, lesu, atau ketegangan otot yang berkepanjangan bisa jadi merupakan tanda-tanda fisik Anda stres dengan pekerjaan. Ketika tubuh dalam keadaan stres, tubuh akan mengirim sinyal kepada Anda.
Tak sedikit teman atau kerabat yang terdengar sering sakit-sakitan, ketika pindah ke pekerjaan baru kesehatannya membaik. Dengarkan sinyal-sinyal dari dalam tubuh Anda. Jika Anda ingin memastikan, berkonsultasilah pada ahli kesehatan. Kesehatan merupakan aset penting dalam tubuh, jangan korbankan tubuh dan mulailah lakukan tindakan untuk mengurangi penyakit yang sering mendera akibat tekanan pekerjaan.
Pikirkanlah rasio 80:20. Stres atau memiliki emosi negatif pada tempat kerja memang hal yang wajar. Rasio yang normal adalah setidaknya Anda 80 persen senang dan 20 tidak. Jika rasio tersebut sudah sangat terbalik maka sebaiknya pikirkan ulang untuk tetap bertahan di pekerjaan Anda demi kesehatan.
Tak ada kemajuan
Di kantor Anda dikenal kurang bersahabat. Enggan membantu atau bersikap aktif. Dingin terhadap pertanyaan atau teman yang mengajak diskusi. Anda hanya fokus mengerjakan pekerjaan agar cepat selesai dan bisa segera meninggalkan kantor. Anda juga enggan mengembangkan jaringan yang bisa mendukung pekerjaan.
Jika melihat ke belakang, sudah lama Anda tidak mendapat promosi atau kenaikan gaji yang sepadan. Mungkin saja hal tersebut disebabkan oleh semangat kerja Anda yang kurang sehingga kemampuan Anda tidak juga meningkat dan hasilnya penilaian kerja Anda kurang baik.
Sudah bekerja keras tapi tak juga ada perbaikan? Ini juga merupakan tanda Anda bekerja di perusahaan yang kurang tepat. Peningkatan selain dalam bentuk gaji juga bisa dalam bentuk prestasi, kemampuan kerja, pelatihan, atau ganjaran lainnya.
Menjadi orang asing
Selalu ada konflik batin tentang identitas diri. Anda merasa tak menjadi diri sendiri saat bekerja. Anda juga merasa tak senang dengan pribadi Anda di tempat kerja. Bahkan teman dekat atau teman kantor Anda merasa Anda orang yang berbeda di kantor dan di kehidupan sosial.
Pekerjaan yang sesuai dengan minat dan kepribadian tak sekadar menjadi alat mencari uang bagi diri Anda. Pekerjaan tersebut juga bisa membuat memberi manfaat terhadap perkembangan kepribadian dan membuat Anda menjadi orang yang lebih baik. Memang tak mudah mencari pekerjaan idaman tersebut. Tapi tak ada salahnya terus berusaha.
Menata Feng Shui Meja Kerja Agar Makmur
Meja kerja yang feng shui-nya baik akan mendatangkan kinerja maksimal
sehingga mendatangkan kemakmuran. Pakar Feng Shui yang berlatar
belakang pendidikan master di bidang arsitektur, Jenie Kumala Dewi
menjelaskan, saat bekerja orang harus mengeluarkan tenaga dan energi.
Karena itu, ruang kerja harus ditata secara feng shui agar orang yang
menggunakan ruang seimbang energinya.
“Jika energinya seimbang yakni tidak terlalu kuat maupun tidak terlalu lemah, aktivitas kerja orang itu akan lebih lancar, hingga membuahkan hasil maksimal. Kerja maksimal mendatangkan kemakmuran atau rezeki bagi perusahaan,” kata penulis buku “Feng Shui untuk Rumah Tinggal dan Kantor” ini.
Umumnya orang bekerja selama 8 jam, sehingga penataan ruang maupun meja kerja sangat penting bagi orang yang bekerja di “belakang meja” tanpa mobilitas tinggi. Sedangkan perkembangan karir seseorang dipengaruhi tempat di mana dia sering beraktivitas.
Jenie memberikan tip secara rinci:
1. Sebaiknya saat duduk di meja kerja, seseorang tidak membelakangi jendela ruang kerja. Bila ruangannya terbatas dan tidak memungkinkan untuk dilakukan perubahan, jendela harus ditutup rapat dengan memasang tirai tebal. Sedangkan kursi harus digeser agar tidak tepat berada di depan jendela.
2. Meja kerja sebaiknya diletakkan dalam posisi bersandar pada dinding yang stabil.
3. Posisi meja kerja sebaiknya tidak terlalu tusuk sate dari pintu masuk atau lorong.
4. Peletakan perabot dalam ruang kerja harus seimbang dengan jumlah orang yang bekerja, agar stabil dan karyawan bisa beraktivitas secara maksimal.
5. Bagian depan meja kerja jangan sampai terhalang bidang apapun, seperti tembok atau lemari.
6. Untuk penataan ruang kerja seorang pimpinan, posisi meja kerja harus mendukung kekuatan sebagai seorang pemimpin. Maka, meja kerja jangan segaris pintu masuk ruang tapi berada di seberang pintu masuk ruang kerja.
7. Bentuk meja kerja harus stabil.
8. Permukaan meja kerja sebaiknya merupakan permukaan yang lurus (tidak terdapat bidang kosong).
9. Ukuran meja kerja bisa mendukung jabatan, di mana meja kerja pemimpin lebih besar daripada karyawan.
10. Kaki meja kerja sebaiknya merupakan struktur yang stabil (mendukung kestabilan karir).
Jenie menambahkan, bentuk meja sebaiknya juga memperhatikan feng shui. Salah satunya, permukaan meja kerja tidak boleh terdapat bidang bolong-bolong atau kosong. Seperti apa? “Misalkan permukaan kayu alami, biasanya cenderung tidak stabil dan tidak lurus,” ujar penulis buku “Feng Shui for Business 2003” ini.
Selain itu, lanjutnya, jangan memiliki bentuk meja kerja yang abstrak, sehingga terlihat kurang stabil. Kaki meja kerja juga harus kokoh, kuat dan seimbang.
Wanita yang juga ahli desain interior ini menambahkan, sebaiknya diperhatikan juga pernak-pernik di atas meja. Pilihlah hiasan seperti bambu hoki untuk mendukung perkembangan karir dan keberuntungan. Atau lukisan laut (terutama untuk meja kubikal), supaya ide dan pemikiran lancar dan tidak terhalang.
“Bisa juga memilih lukisan atau foto ikan sebagai simbol kemakmuran, lalu benda kristal untuk mengusir energi negatif dari persaingan tidak sehat di kantor,” jelas pemilik situs feng shui ini.
Sedangkan benda-benda yang harus dihindari di meja kerja adalah lukisan atau foto batu karena menghambat perkembangan ide. Lalu, foto atau lukisan pasar sebagai simbol kekacauan dan berantakan.
“Sebaiknya hindari juga foto atau lukisan putri bali/patung putri bali, dan pajangan topeng atau lukisan topeng karena banyak kepalsuan,” tegasnya.
“Jika energinya seimbang yakni tidak terlalu kuat maupun tidak terlalu lemah, aktivitas kerja orang itu akan lebih lancar, hingga membuahkan hasil maksimal. Kerja maksimal mendatangkan kemakmuran atau rezeki bagi perusahaan,” kata penulis buku “Feng Shui untuk Rumah Tinggal dan Kantor” ini.
Umumnya orang bekerja selama 8 jam, sehingga penataan ruang maupun meja kerja sangat penting bagi orang yang bekerja di “belakang meja” tanpa mobilitas tinggi. Sedangkan perkembangan karir seseorang dipengaruhi tempat di mana dia sering beraktivitas.
Jenie memberikan tip secara rinci:
1. Sebaiknya saat duduk di meja kerja, seseorang tidak membelakangi jendela ruang kerja. Bila ruangannya terbatas dan tidak memungkinkan untuk dilakukan perubahan, jendela harus ditutup rapat dengan memasang tirai tebal. Sedangkan kursi harus digeser agar tidak tepat berada di depan jendela.
2. Meja kerja sebaiknya diletakkan dalam posisi bersandar pada dinding yang stabil.
3. Posisi meja kerja sebaiknya tidak terlalu tusuk sate dari pintu masuk atau lorong.
4. Peletakan perabot dalam ruang kerja harus seimbang dengan jumlah orang yang bekerja, agar stabil dan karyawan bisa beraktivitas secara maksimal.
5. Bagian depan meja kerja jangan sampai terhalang bidang apapun, seperti tembok atau lemari.
6. Untuk penataan ruang kerja seorang pimpinan, posisi meja kerja harus mendukung kekuatan sebagai seorang pemimpin. Maka, meja kerja jangan segaris pintu masuk ruang tapi berada di seberang pintu masuk ruang kerja.
7. Bentuk meja kerja harus stabil.
8. Permukaan meja kerja sebaiknya merupakan permukaan yang lurus (tidak terdapat bidang kosong).
9. Ukuran meja kerja bisa mendukung jabatan, di mana meja kerja pemimpin lebih besar daripada karyawan.
10. Kaki meja kerja sebaiknya merupakan struktur yang stabil (mendukung kestabilan karir).
Jenie menambahkan, bentuk meja sebaiknya juga memperhatikan feng shui. Salah satunya, permukaan meja kerja tidak boleh terdapat bidang bolong-bolong atau kosong. Seperti apa? “Misalkan permukaan kayu alami, biasanya cenderung tidak stabil dan tidak lurus,” ujar penulis buku “Feng Shui for Business 2003” ini.
Selain itu, lanjutnya, jangan memiliki bentuk meja kerja yang abstrak, sehingga terlihat kurang stabil. Kaki meja kerja juga harus kokoh, kuat dan seimbang.
Wanita yang juga ahli desain interior ini menambahkan, sebaiknya diperhatikan juga pernak-pernik di atas meja. Pilihlah hiasan seperti bambu hoki untuk mendukung perkembangan karir dan keberuntungan. Atau lukisan laut (terutama untuk meja kubikal), supaya ide dan pemikiran lancar dan tidak terhalang.
“Bisa juga memilih lukisan atau foto ikan sebagai simbol kemakmuran, lalu benda kristal untuk mengusir energi negatif dari persaingan tidak sehat di kantor,” jelas pemilik situs feng shui ini.
Sedangkan benda-benda yang harus dihindari di meja kerja adalah lukisan atau foto batu karena menghambat perkembangan ide. Lalu, foto atau lukisan pasar sebagai simbol kekacauan dan berantakan.
“Sebaiknya hindari juga foto atau lukisan putri bali/patung putri bali, dan pajangan topeng atau lukisan topeng karena banyak kepalsuan,” tegasnya.
Seberapa Siap Anda Memulai Bisnis Sendiri?
Ghiboo.com - Memiliki bisnis sendiri berarti
punya tanggung jawab sendiri. Anda menjadi bos dan juga karyawan diusaha
Anda sendiri. Ini pasti akan menyenangkan, tapi juga menantang.
Sekarang waktunya mencari tahu apakah Anda siap memulai bisnis sendiri, yang dikutip dari laman idiva, Jumat (28/6).
Apakah Anda punya modal?
Semua bisnis memerlukan dana dan tidak ada yang bisa mulai usaha tanpa uang. "Sebagian besar perusahaan yang punya uang, mengambil pinjaman dari bank dan tentunya harus mampu membayar kembali," ujar Ankita Bharadwi, seorang pemilik butik, memberi masukan.
Apakah akan menguntungkan?
Jika perputaran bisnis Anda sedikit, bagaimana Anda bisa membayar pinjaman Anda? Selain itu, Anda masih membutuhkan uang untuk membayar sewa dan pajak.
Menurut Bharadwai, banyak orang tidak menyadari bahwa bisnis hanya bisa berubah menjadi usaha bantalan, bila mereka tidak memikirkan soal untung rugi.
Apakah bisa beroperasi secara bebas?
Hal ini tidak mudah untuk memastikan semuanya berjalan lancar, antara sumber Anda, Anda dan klien. "Anda tidak akan menyadari jumlah tanggung jawab di puncak Anda sampai Anda memulai. Akan lebih mudah bekerja dengan pasangan yang dapat berbagi tanggung jawab," ujar Maya Kansal, seorang desainer perhiasan.
Empat Tipe Orang yang Tidak Cocok Menjadi Pengusaha
Ingin bekerja sendiri atau membuka usaha? Meskipun berwirausaha memiliki
banyak keistimewaan, seperti tidak punya bos dan bebas bekerja pada
bidang yang Anda sukai, ada beberapa orang yang merasa lebih baik
bekerja untuk orang lain. Berikut ciri-cirinya:
1 Orang yang tidak suka mengambil risiko. Berwirausaha memiliki risiko yang bisa dikendalikan dengan membuat kalkulasi matang, tapi tentu saja selalu ada bahaya kegagalan. Takut gagal bisa merusak usaha baru tersebut. “Orang yang takut mengambil risiko akan lumpuh oleh tekanan berita sehari-hari tentang apa yang dibutuhkan untuk mengembangkan sebuah bisnis,” tutur Scott Gerber, pendiri Young Entrepreneur Council.
2. Orang yang menyukai gaya hidupnya.
Para pemilik bisnis kecil yang cerdas tahu bahwa penghematan pengeluaran mungkin diperlukan, terutama pada awal usaha. “Waktu, uang, dan sumber penghasilan harus disesuaikan dengan gaya hidup dan bisnis Anda,” tutur Gerber. Contoh berkurangnya penghasilan bisa disesuaikan dengan pindah ke apartemen yang lebih kecil, menunda memiliki anak atau sesuatu yang sederhana seperti memasak makanan sendiri daripada makan di luar. Jika Anda tidak ingin memberikan pengorbanan, berwirausaha akan menimbulkan banyak kesulitan.
3. Orang yang membutuhkan gaji setiap dua pekan.
Orang yang tidak mampu hidup tanpa pendapatan pasti mungkin tidak berkembang sebagai pengusaha. “Mungkin diperlukan waktu berbulan-bulan untuk mendapatkan gaji pertama Anda,” dan itu jika Anda beruntung, tutur Gerber. Dan Bahkan jika Anda benar-benar mendapat gaji, gaji itu akan datang dalam jumlah besar. “Anda bisa mendapatkan penghasilan tahunan Anda dalam dua bulan dan harus menggunakan pencairan gaji untuk mempertahankan kebutuhan bulanan.
4. Orang yang menikmati disuruh-suruh.
Beberapa karyawan hebat sangat tidak cocok menjadi pengusaha. Satu contoh utama adalah orang-orang yang bisa melaksanakan visi orang lain dengan sempurna, tapi tidak bisa mewujudkan ide sendiri. “Bahkan para pendiri yang introvert harus mampu mengatur arah perusahaan, mengembangkan strategi dan mendelegasikan tanggung jawab kepada karyawan atau kontraktor,” tutur Gerber.
1 Orang yang tidak suka mengambil risiko. Berwirausaha memiliki risiko yang bisa dikendalikan dengan membuat kalkulasi matang, tapi tentu saja selalu ada bahaya kegagalan. Takut gagal bisa merusak usaha baru tersebut. “Orang yang takut mengambil risiko akan lumpuh oleh tekanan berita sehari-hari tentang apa yang dibutuhkan untuk mengembangkan sebuah bisnis,” tutur Scott Gerber, pendiri Young Entrepreneur Council.
2. Orang yang menyukai gaya hidupnya.
Para pemilik bisnis kecil yang cerdas tahu bahwa penghematan pengeluaran mungkin diperlukan, terutama pada awal usaha. “Waktu, uang, dan sumber penghasilan harus disesuaikan dengan gaya hidup dan bisnis Anda,” tutur Gerber. Contoh berkurangnya penghasilan bisa disesuaikan dengan pindah ke apartemen yang lebih kecil, menunda memiliki anak atau sesuatu yang sederhana seperti memasak makanan sendiri daripada makan di luar. Jika Anda tidak ingin memberikan pengorbanan, berwirausaha akan menimbulkan banyak kesulitan.
3. Orang yang membutuhkan gaji setiap dua pekan.
Orang yang tidak mampu hidup tanpa pendapatan pasti mungkin tidak berkembang sebagai pengusaha. “Mungkin diperlukan waktu berbulan-bulan untuk mendapatkan gaji pertama Anda,” dan itu jika Anda beruntung, tutur Gerber. Dan Bahkan jika Anda benar-benar mendapat gaji, gaji itu akan datang dalam jumlah besar. “Anda bisa mendapatkan penghasilan tahunan Anda dalam dua bulan dan harus menggunakan pencairan gaji untuk mempertahankan kebutuhan bulanan.
4. Orang yang menikmati disuruh-suruh.
Beberapa karyawan hebat sangat tidak cocok menjadi pengusaha. Satu contoh utama adalah orang-orang yang bisa melaksanakan visi orang lain dengan sempurna, tapi tidak bisa mewujudkan ide sendiri. “Bahkan para pendiri yang introvert harus mampu mengatur arah perusahaan, mengembangkan strategi dan mendelegasikan tanggung jawab kepada karyawan atau kontraktor,” tutur Gerber.
Rabu, 31 Juli 2013
Six Sigma
Six Sigma telah menjadi perbincangan dan
bahkan telah menjadi simbol tentang kesempurnaan dibidang kualitas.
Berbagai pendapat telah mengulas mengenai The Origin os Six Sigma,
sebagai misal yang ada di ISix Sigma[1] Masing-masing dengan perspektifnya. Apakah Six Sigma itu ?
Pertama, kosa kata Sigma itu memang digunakan untuk menandai hal yang sama yaitu deviasi terhadap mean atau rata-rata dalam quality control techniques. Walter A. Shewhart[2] adalah founding father[3], Statistical Process Control atau SPC. Dalam SPC, sigma dengan notasi σ, digunakan untuk menandai satuan besar penyimpangan atau deviasi terhadap rata-rata sehingga bisa ditetapkan Upper Control Limit dan Lower Control Limit. Satuan sigma dalam SPC ini pada dasarnya sama dengan satuan sigma dalam distribusi Gauss[4] Kurva Gaussian Normal adalah continous distribution yang termasuk dalam kelompok bell shape, dengan expected value μ dan variance σ2. Kurva ini simterik ini menjelaskan bahwa kurva simetrik itu juga mempunyai deviasi simterik pula, yaitu σ= ± 1, σ= ± 2, dan σ= ± 3 . Jadi, notasi σ atau yang diucapkan dengan sigma memang notasi umum yang digunakan dalam Statistik sejak jaman Gauss untuk distribusi Gauss hingga ke Walter Shewhart untuk Statistical Process Control.
Gauss distribution juga memberi gambaran luas wilayah pada
masing-masing interval deviasi. Antara -1σ ke +1σ : 68.26%, -2σ ke +2σ :
95.44%, dan -3σ ke +3σ : 99.72%. Dengan demikian cukup jelas bahwa
notasi σ atau sigma yang telah digunakan oleh Gauss dalam distribusinya
tetap digunakan pula oleh Walther A. Shewart untuk SPC-nya. Memang ada
ada berbagai macam SPC, namun dasarnya tetap sama. Penetapan parameter
- Sigma dalam SPC pada dasarnya tergantung kepada manajemen, Semakin
besar Sigma, misal 3σ berarti kontrol semakin longgar, namun
sebaliknya semakin kecil Sigma misal 1σ maka semakin ketat kontrol.

Ke dua, Six Sigma Motorolla. Fenomena zero defect di Toyota Production System telah membuat gerah tim SPC Motorola. Kerja Deming, Juran, dan Crosby yang mencoba untuk menyibak fenomena Japanese Management Practices itu,
masing-masing dengan preposisinya, tampaknya belum memenuhi rasa
penasaran mereka. Maka, Motorolla mengembangkan sebuah model untuk
menandai tingkat pencapaian kualitas dengan meng-inovasi distribusi
Gauss dan SPC. Lahirlah Six Sigma Motorola[5].
Inovasi yang dilakukan oleh Motorola terhadap SPC nya Shewart ada dua, yaitu:
memperlebar deviasi dari 3σ menjadi 6σ. Sebagai sebuah pdf atau probability density function [6] pelebaran deviasi dari 3σ menjadi 6σ ini membawa digit sampai sembilan untuk 6σ.

Namun demikian, meskipun stadard deviasi digeser ± 1.5σ maka proses tidak akan mungkin lebih baik dari 3.4 ppm atau 2 ppb atau part per billion defects.
Maka, standard ini selanjutnya menjadi target kemampuan Motorola
dibidang disain produk, produksi, dan pelayanan pada tahun 1992[7]
Dalam perkembangan selanjutnya, Six Sigma telah menjadi sebuah metoda untuk contionous iprocess mprovement dengan metodologi tertentu yang dikembangkan oleh berbagai lembaga[8].
Juga, Six Sigma yang pada awalnya dikembangkan oleh Motorola telah
menjadi icon bagi jaminan kualitas sebuah lembaga konsultan. (http://fe.uajy.net/fs/as/
Pertama, kosa kata Sigma itu memang digunakan untuk menandai hal yang sama yaitu deviasi terhadap mean atau rata-rata dalam quality control techniques. Walter A. Shewhart[2] adalah founding father[3], Statistical Process Control atau SPC. Dalam SPC, sigma dengan notasi σ, digunakan untuk menandai satuan besar penyimpangan atau deviasi terhadap rata-rata sehingga bisa ditetapkan Upper Control Limit dan Lower Control Limit. Satuan sigma dalam SPC ini pada dasarnya sama dengan satuan sigma dalam distribusi Gauss[4] Kurva Gaussian Normal adalah continous distribution yang termasuk dalam kelompok bell shape, dengan expected value μ dan variance σ2. Kurva ini simterik ini menjelaskan bahwa kurva simetrik itu juga mempunyai deviasi simterik pula, yaitu σ= ± 1, σ= ± 2, dan σ= ± 3 . Jadi, notasi σ atau yang diucapkan dengan sigma memang notasi umum yang digunakan dalam Statistik sejak jaman Gauss untuk distribusi Gauss hingga ke Walter Shewhart untuk Statistical Process Control.
Inovasi yang dilakukan oleh Motorola terhadap SPC nya Shewart ada dua, yaitu:
memperlebar deviasi dari 3σ menjadi 6σ. Sebagai sebuah pdf atau probability density function [6] pelebaran deviasi dari 3σ menjadi 6σ ini membawa digit sampai sembilan untuk 6σ.
- mengkonversi skala deviasi menjadi setara dengan skala ppm kependekan dari Part Per Milion defect.
Perhatikan bahwa 6σ berarti 0.02 ppm, atau dalam satu juta parts yang
dihasilkan terdapat 0.02 yang cacad. Dengan demikian, bisa dibayangkan
dengan mudah bila menghasilkan satu milyar parts maka akan ada 2 parts
yang tidak memenuhi spesifikasi. Bayangkan! Inilah mungkin target zero defect-nya Motorola.
Push vs Pull System
Dalam disiplin ilmu Manajemen Operasi, dikenal dua macam proses yaitu Job Shop untuk memenuhi permintaan pemesan dan Flow Shop untuk memenuhi permintaan pasar. Maka, sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dengan lingkungan budayanya, muncul paradigma Push System yaitu propoduksi berdasar rencana bukan kebutuhan yang sudah ada.
|
|
||
|
Kunci pengendalian Push System sepenuhnya berada ditangan supervisor dan inspector.
untuk menjamin bahwa persediaan dan produk yang dihasilkan seperti
yang direncanakan dan dikehendaki. Pada setiap titik proses peran Inspector dan Supervisor tersebut sangat menentukan.
|
||
|
Paradigma tersebut berubah sejak pratek manajemen di Gemba berorientasi pada elimnasi Muda atau Waste, yaitu segala sesuatu yang tidak mempunyai nilai tambah. Paradigma baru ini lebih memperhatikan Non Added Value yang harus dieliminasi untuk meningkatkan produktivitas sistem operasi. The new of thingking, the new way of looking. | ||
Inspector menurut praktek di Gemba dipandang sebagai Muda atau Waste karena tidak memiliki Nilai Tambah atau Non Added Value. Inilah awal berangkat perubahan paradigma itu. Maka, Pemasok atau Supplier harus mengirim barang sesuai dengan permintaan dimana kepercayaan adalah dasarnya. Inspector dilihat sebagai Muda yang harus dieliminasi. Inilah awal perubahan yang memicu berbagai perubahan di Manajemen Operasi seperti Persediaan secukupnya, Cacad Nol,Tata Ruang, Inovasi Teknologi, dan Perilaku pekerja yang berdampak dipenurunan biaya dan bermuara di kenaikan laba serta perbaikan Return On Investment | |||
Gerakan Eliminasi Muda berdampak pada penghapusan fungsi Inspector yang dipandang sebagai Muda di Gudang bahan baku. dan Supplier harus memasok sesuai dengan kebutuhan operasi. Praktek di Gemba ini unik dan sangat kental dengan pengaruh budaya di Jepang dimana kepercayaan dan harga diri dijunjung tinggi | |||
Selanjutnya, Inspector dan Supervisordiproses
juga dipandang sebagai Muda sehingga harus dihilangkan. Dikenal Jidoka
atau pemberian wewenang yang lebih besar kepada mereka yang terlibat
dalam proses. Menurut Allan, CEO Xerox, mereka yang paling dekat masalah
adalah yang paling tahu masalah. Maka, setiap orang bertanggung jawab
terhadap masalah yang muncul ditempat kerja dan lingkungannya, JIDOKA |
|||
Setiap orang kemudian bertanggung jawab terhadap kualitas pekerjaan yangdihasilkan. Sekali lagi, dasarnya adalah kepercayaan dan nuansa budaya sangat kental dimana sangsi sosial lebih dominan dibanding sangsi administratif. Bekerja tidak baik adalah cemar diri, maka bekerja baik adalalah martabat. Jadi Supervisor dan Inspector tidak berkeliaran di Gemba karena itu akan dipandang sebagai Muda. | |||
Ketika proses telah baik demikian pula tahap sebelumnya, maka output proses dijamin baik sehingga Inspector produk jadi atau hasil akhir otomatis menjadi Muda. Reworkatau Scrap juga dilihat sebagai muda maka harus dihilangkan. Pertanyaannya sekarang adalah, Quality Cotrol System berada dimana?QCS berada di setiap proses yang melibatkan manusia. Mungkin istilah Total QualityManagement atau Total Quality ControlSystem menjadi lebih jelas disini. | |||
Ketika seluruh tahapan proses sejak input hingga ke output benar dan setiap proses ditujukan untuk memenuhi kebutuhan proses berikutnya dimana ditahap akhir adalah konsumen, maka definisi kebutuhan dan spesifikasi output sebenarnya dibuat oleh konsumen. Inilah sebenarnya esensi dari Pull System yang merupakan anti tesa dari Push System. | |||
Tiga kalimat bertuah yang terpampang dalam papan besar tergantung diberbagai tempat di Gemba Honda. Artinya, tiga kalimat bertuah itu adalah sistem nilai atau values system yang harus dimiliki oleh setiap orang yang terlibat didalam proses. Ketika sistem nilai tersebut menjadi dominan maka budaya organisasi untuk bekerja baik guna menghasilkan hasil kerja yang baik menjadi sebuah kebiasaan yang dilakukan tanpa beban.. | |||
Ketika 3 Don’t itu telah menjadi sebuah sistem nilai maka dari Pemasok hingga kebagian akhir proses sebelum produk sampai ke tangan konsumen, setiap orang pada setiap proses dengan sub-sadarnya tidak menerima produk atau pekerjaan cacad dari bagian sebelumnya, tidak membuat produk cacad, dan tidak mengirim produk cacad ke bagian berikutnya. | |||
The new way of looking, the new way of thinking akhirnya menjadi sebuah pemicu perubahan yang berbeda sama sekali dari kebiasaan dan kebenaran dunia operasi sebelumnya. Akhirnya, mandat untuk eliminasi Muda itu ditandai berdampak pada Cost Reduction, Inventory Reduction, dan Quality Improvement yang memunculkan fenomena Zero Defect dan Few Inventory.. |
Supply Chain Management
Stepping stone for other’s endeavour
Maka, muncul eksplorasi baru dibidang disiplin ilmu Operations Management yang melihat setiap organisasi adalah mata rantai sistem operasi sejak hulu dimana input paling awal berasal hingga hilir dimana utput langsung dinikmati oleh pengguna akhir atau ultimate consumer. Dalam hal ini, Russell & Taylor [1] membuat beberapa batasan:
A supply chain is made up of the interrelated organizations, resources, and processes that create and deliver products and services to end customers.
A supply chain encompasses all the facilities, functions, and activities involved in producing and delivering a product or service, from suppliers (and their suppliers) to customers (and their customers). It includes planning and managing supply and demand; acquiring materials; producing and scheduling the product or service; warehousing, inventory control, and distribution; and delivery and customer service.
Supply chain management coordinates all these activities so that customers can be provided with prompt and reliable service of high-quality products at the least cost. Successful supply chain management in turn can provide the company with a competitive advantage.
Jadi, secara sederhana, Supply Chain Management bisa dipikirkan sebagai manajemen terhadap unit-unit produktif yang saling berhubungan dalam menghasilkan produk maupun jasa.
System 0 adalah pemasok System 1, System 1 adalah pemasok System 2, demikian seterusnya mata rantai itu terajut. Dengan demikian, domain manajemen menjadi lebih luas dan bukan hanya manajemen sistem dimana organisasi berada, tetapi juga rangkaian sistem yang dilalui oleh proses bisnis. Maka, seorang tokoh Manajemen Operasi Indonesia menyebut Supply Chain Management adalah Manajemen Operasi.
Tentu saja, model ini menghendaki cara pandang dan cara pikir baru mengenai hubungan antara produsen dan konsumen. Bentuk bisnis baru tersebut tentu saja dikehendaki berbeda dari bentuk lama dimana semangat kompetisi yang kental mewarnai diubah menjadi semangat kompetisi dalam kerjasama agar menghasilkan produk atau jasa yang semakin murah, semakin cepat, dan semakin baik.
Sebenarnya, dari sisi konsep manajemen, SCM tidak ada yang baru., paling tidak dari empat perspektif:
Pertama, di dunia ini tidak ada Single Economic Activity, kecuali dunianya Daniel Defoe[persepsi konsumen.
Pull System memberi inspirasi mengenai bagaimana manajemen sub-sub sistem pemasok di-integrasikan ke manajemen sistem utama sehingga memungkinkan pasokan input tepat waktu, tepat jumlah, dan tepat kelualitas. Ternyata pengalaman tersebut membuahkan hasil yang lebih baik bagi bagi sub-sub sistem dan sistem utama. Kata kunci adalah pada kepastian pesanan sehiingga resiko ketidakpastian dihilangkan.
Ke tiga, dalam paradigma persaingan menurut Porter, perusahaan dihadapkan pada iima kekuatan yaitu [1] Persaingan dalam industri, [2] Konsumen, [3] Pesaing potensial, [4] Barang substitusi, dan [5] Pemasok.
Dalam hal ini, model Porter ini menjelaskan model sebuah Industri, yaitu kumpulan dari perusahaan sejenis menurut teori ekonomi. Maka, Customer dalam model tersebut mungkin ultimate user namun mungkin pula industrial user. Karena, pada dasarnya, sebuah industri juga pasti terangkai dengan industri lain.
Maka, SCM mencoba untuk mengubah tekanan yang berasal dari Supplier dan Customer tersebut menjadi sebuah kekuatan untuk menciptakan barrier to entry dengan cara menghilangkan inefisensi pada mata rantai sistem.
Ke empat, menurut Game Theory, Business is a game, non zero sum games[3]. Artinya, persaingan dalam bisnis memunculkan berbagai macam kemungkinan keseimbangan dan bukan menang-kalah. Dalam hal ini, John F Nash[4] mengajukan proposal mengenai Coopoerative Games yang menghapus asumsi kompetisi dalam Games Theory. Dia mendapat banyak kritikan atas proposalnya dan dianggap melemahkan semangat kompetisi yang diagungkan sebagai sarana untuk mewujudkan kemakmuran.
Bila semangat kompetisi yang dipegang maka ke dua pesaing dalam tabel Game Theory diatas[5]
akan sama-sama memperoleh nilai 2, padahal ada potensi untuk memperoleh
nilai yang lebih baik bagi keduanya yaitu 10, dengan syarat mereka
harus mau bekerja sama. Artinya, mereka berdua sepakat untuk sama-sama
menggunakan strategi satu dan tidak ada yang menciderai kesepakatan
tersebut karena potensi untuk menciderai bagi keduanya cukup besar.
Namun, sekali salah satu menciderai kesepakatan tersebut maka yang lain
dengan segera juga akan segera melepas kesepakatan dan persaingan akan
kembali terjadi.
Jadi, dengan empat perspektif tersebut, SCM adalah sebuah perkembangan yang alami dan harus terjadi ketika sumber tidak lagi melimpah dan persaingan dirasakan akan semakin membunuh. Bentuk-bentuk aliansi bisnis seperti Sony-Ericson, KLM-North West, Nissan-Ford, IBM-Toshiba, dll., menjelaskan bagaimana persaingan diubah menjadi kerjasama yang saling menguntungkan.
(http://fe.uajy.net/fs/as/
Supply Chain Management
Pull System telah membuka cakrawala pemikiran baru mengenai efisiensi yang bisa ditingkatkan bila hubungan bisnis dengan supllier bisa ditata sedemikian rupa sehingga organisasi bisa memperoleh input yang dibutuhkan tepat waktu, tetapi jumlah, dan tepat kualitas.Maka, muncul eksplorasi baru dibidang disiplin ilmu Operations Management yang melihat setiap organisasi adalah mata rantai sistem operasi sejak hulu dimana input paling awal berasal hingga hilir dimana utput langsung dinikmati oleh pengguna akhir atau ultimate consumer. Dalam hal ini, Russell & Taylor [1] membuat beberapa batasan:
A supply chain is made up of the interrelated organizations, resources, and processes that create and deliver products and services to end customers.
A supply chain encompasses all the facilities, functions, and activities involved in producing and delivering a product or service, from suppliers (and their suppliers) to customers (and their customers). It includes planning and managing supply and demand; acquiring materials; producing and scheduling the product or service; warehousing, inventory control, and distribution; and delivery and customer service.
Supply chain management coordinates all these activities so that customers can be provided with prompt and reliable service of high-quality products at the least cost. Successful supply chain management in turn can provide the company with a competitive advantage.
Jadi, secara sederhana, Supply Chain Management bisa dipikirkan sebagai manajemen terhadap unit-unit produktif yang saling berhubungan dalam menghasilkan produk maupun jasa.
System 0 adalah pemasok System 1, System 1 adalah pemasok System 2, demikian seterusnya mata rantai itu terajut. Dengan demikian, domain manajemen menjadi lebih luas dan bukan hanya manajemen sistem dimana organisasi berada, tetapi juga rangkaian sistem yang dilalui oleh proses bisnis. Maka, seorang tokoh Manajemen Operasi Indonesia menyebut Supply Chain Management adalah Manajemen Operasi.
Tentu saja, model ini menghendaki cara pandang dan cara pikir baru mengenai hubungan antara produsen dan konsumen. Bentuk bisnis baru tersebut tentu saja dikehendaki berbeda dari bentuk lama dimana semangat kompetisi yang kental mewarnai diubah menjadi semangat kompetisi dalam kerjasama agar menghasilkan produk atau jasa yang semakin murah, semakin cepat, dan semakin baik.
Sebenarnya, dari sisi konsep manajemen, SCM tidak ada yang baru., paling tidak dari empat perspektif:
Pertama, di dunia ini tidak ada Single Economic Activity, kecuali dunianya Daniel Defoe[persepsi konsumen.
Pull System memberi inspirasi mengenai bagaimana manajemen sub-sub sistem pemasok di-integrasikan ke manajemen sistem utama sehingga memungkinkan pasokan input tepat waktu, tepat jumlah, dan tepat kelualitas. Ternyata pengalaman tersebut membuahkan hasil yang lebih baik bagi bagi sub-sub sistem dan sistem utama. Kata kunci adalah pada kepastian pesanan sehiingga resiko ketidakpastian dihilangkan.
Ke tiga, dalam paradigma persaingan menurut Porter, perusahaan dihadapkan pada iima kekuatan yaitu [1] Persaingan dalam industri, [2] Konsumen, [3] Pesaing potensial, [4] Barang substitusi, dan [5] Pemasok.
Dalam hal ini, model Porter ini menjelaskan model sebuah Industri, yaitu kumpulan dari perusahaan sejenis menurut teori ekonomi. Maka, Customer dalam model tersebut mungkin ultimate user namun mungkin pula industrial user. Karena, pada dasarnya, sebuah industri juga pasti terangkai dengan industri lain.
Maka, SCM mencoba untuk mengubah tekanan yang berasal dari Supplier dan Customer tersebut menjadi sebuah kekuatan untuk menciptakan barrier to entry dengan cara menghilangkan inefisensi pada mata rantai sistem.
Oleh karena itu, SCM menggunakan terminologi Upstream untuk mata rantai pasokan dan Downstream untuk mata rantai pengguna. Manajemen terhadap Upstream dikenal dengan PRM atau Partner Relationship Management, dan manajemen terhadap Downstream dikenal dengan CRM atau Customer Relationship Management. SCM atau Supply Chain Management mencakup kedua manajemen tersebut.
SCM dengan demikian akan melibatkan berbagai disiplin ilmu dan
berbagai perspektif manajemen baik kualitatif maupun kuantitatif untuk
mewujudkan tujuan mendistribusi dan memproduksi barang dari Supplier hingga ke Customer.
Teknologi Informasi, dalam hal ini, juga menjadi sarana untuk menunjang
tercapainya tujuan tersebut ketika data dalam jumlah sangat besar
harus dipertukarkan secara cepat, akurat, dan murah.Ke empat, menurut Game Theory, Business is a game, non zero sum games[3]. Artinya, persaingan dalam bisnis memunculkan berbagai macam kemungkinan keseimbangan dan bukan menang-kalah. Dalam hal ini, John F Nash[4] mengajukan proposal mengenai Coopoerative Games yang menghapus asumsi kompetisi dalam Games Theory. Dia mendapat banyak kritikan atas proposalnya dan dianggap melemahkan semangat kompetisi yang diagungkan sebagai sarana untuk mewujudkan kemakmuran.
Jadi, dengan empat perspektif tersebut, SCM adalah sebuah perkembangan yang alami dan harus terjadi ketika sumber tidak lagi melimpah dan persaingan dirasakan akan semakin membunuh. Bentuk-bentuk aliansi bisnis seperti Sony-Ericson, KLM-North West, Nissan-Ford, IBM-Toshiba, dll., menjelaskan bagaimana persaingan diubah menjadi kerjasama yang saling menguntungkan.
(http://fe.uajy.net/fs/as/
Leader and Manager
Masih banyak dimensi pemahaman mengenai Leader atau Pemimpin dan Manager atau Manajer yang berbeda, tergantung sudut pandang dan latar belakang keilmuan yang mereka miliki. Lihat pula Management
untuk telaah kritis. Perbedaan ini, sampai dengan tingkat tertentu
tidak menjadi masalah. Namun, ketika yang menjadi obyek pembicaraan
adalah organisasi yang merupakan kumpulan dua orang atau lebih dan
mempunyai paling sedikit tujuan umum yang sama, maka perbedaan pemahaman
itu harus dikelola dengan baik agar esensi pemahaman terhadap proses
manajerial tidak begitu kabur. Sebagai contoh, pemimpin sebuah pondok
pesantren menjalankan peran manajer untuk mngelola atau manajemen
pondok pesantren tersebut. Pemimpin keluarga menjalan fungsi manajemen
keluarga.
Manager atau Manajer adalah orang sang yang “nggulowenthah, nyrateni, dan ngupokoro” sumber-sumber organisasi dan sumber insani dalam organisasi untuk mewujudkan tujuan organisasi secara bersama. Kata “nggulowenthah, nyrateni, dan ngupokoro” mempunyai makna mengelola segala sesuatu dan memimpin manusia dalam organisasi.
Literatur klasik manajemen sejak Harold Koontz and Cyril O’Donnell hingga James Stoner telah menegaskan bahwa manajemen adalah suatu prosess.
Secara umum ada empat fungsi manajemen, yaitu Planning, Organizing, Leading, dan Controlling. Memimpin adalah padanan Leading, yang artinya memerankan fungsi kepemimpinan atau leadership. Kemampuan untuk memimpin sebuah organisasi dalam menjalankan proses manajemen akan menjadi penanda bagi manajemen sebuah unit organisasi.
Memimpin berarti berada di depan, memenunjukkan arah, memberi contoh, menjadi tauladan dalam proses manajemen, dan menggerakkan anggota organisasi ke arah yang dikehendaki oleh organisasi . Oleh karena itu, seorang pemimpin mempunyai sumber-sumber kekuasaan
Kosa kata manajer mencerminkan seseorang yang mengelola sebuah unit organisasi dimana sumber insani bekerja sama untuk menggunakan sumber-sumber organisasi guna mewujudkan paling sedikit tujuan umum yang sama. Jadi, yang dikelola adalah sumber insani ketika menggunakan sumber-sumber organisasi karena manajer tidak bisa bekerja sendiri. Itulah hakekat manajemen.
Oleh karena itu, sebenarya tidak perlu lagi untuk mempertentangkan antara Leader dan Manager ketika konteks pembicaraannya adalah manajemen organisasi. Seorang manajer pasti seorang pemimpin, yaitu pemimpin yang memimpin organisasi. Tidak bisa dibayangkan bagaimana kalau seorang manajer organiisasi bukan pemimpin organisasi itu.
Pemimpin adalah orang yang memimpin, yaitu orang yang selalu berada didepan dan inisiator, ideator, inspirator bagi insan organisasi untuk bertindak dan bekerja dalam kegiatan organisasi . Maka, dalam berbagai penjelasan mengenai manajemen dikenal empat fungsi manajemen, yaitu Leading, Organizing, Leading, dan Controlling. Artinya, fungsi leading itu melekat dalam pemahaman fungsi-fungsi manajemen..
Maka, David T Morgenthaler[1] merumuskan paduan Manager dan Leader itu kedalam sebuah Matrix dengan parameter Strong and Weak. Artinya, ada dimensi Weak Manager hingga Strong Manager dan Weak Leader hingga Strong Leader. Artinya, ada empat dimensi Leader & Manager:
Literatur klasik seperti Blake & Mouton Grid [1957] dimensi concern to people dan concern to production dimana resultante dari keduanya akan menjelaskan leadership[ style . Kemudian Reddin’s 3D Leadership Model yang megembangkan model dua dimensi Ohio studies yaitu Task-orientation dan Relationships-orientation dan menambahkan dimensi ketiga yaitu Effectiveness untuk menandai leadership style yang tepat.
Di sisi yang lain, Contingency Theory melihat keunikan organisasi menghendaki pendekatan yang khusus. maka, dalam leadership atau kepemimpinan dikenal Transactional Leader yaitu Ordinary Leader atau administrative leader yaitu pemimpin yang menjalankan business as usual. Sebaliknya, Transformational Leader adalah pemimpin yang mengantar anggotanya untuk melakukan suatu perubahan. Disini sangat jelas bagaimana pemimpin tidak mungkin melakukan perubahan sendiri. Kemampuan untuk menggerakkan orang lain itu adalah keahlian kepemimpinan dalam suatu proses manajemen. (http://fe.uajy.net/fs/as/
Manager atau Manajer adalah orang sang yang “nggulowenthah, nyrateni, dan ngupokoro” sumber-sumber organisasi dan sumber insani dalam organisasi untuk mewujudkan tujuan organisasi secara bersama. Kata “nggulowenthah, nyrateni, dan ngupokoro” mempunyai makna mengelola segala sesuatu dan memimpin manusia dalam organisasi.
Literatur klasik manajemen sejak Harold Koontz and Cyril O’Donnell hingga James Stoner telah menegaskan bahwa manajemen adalah suatu prosess.
Secara umum ada empat fungsi manajemen, yaitu Planning, Organizing, Leading, dan Controlling. Memimpin adalah padanan Leading, yang artinya memerankan fungsi kepemimpinan atau leadership. Kemampuan untuk memimpin sebuah organisasi dalam menjalankan proses manajemen akan menjadi penanda bagi manajemen sebuah unit organisasi.
Memimpin berarti berada di depan, memenunjukkan arah, memberi contoh, menjadi tauladan dalam proses manajemen, dan menggerakkan anggota organisasi ke arah yang dikehendaki oleh organisasi . Oleh karena itu, seorang pemimpin mempunyai sumber-sumber kekuasaan
Kosa kata manajer mencerminkan seseorang yang mengelola sebuah unit organisasi dimana sumber insani bekerja sama untuk menggunakan sumber-sumber organisasi guna mewujudkan paling sedikit tujuan umum yang sama. Jadi, yang dikelola adalah sumber insani ketika menggunakan sumber-sumber organisasi karena manajer tidak bisa bekerja sendiri. Itulah hakekat manajemen.
Oleh karena itu, sebenarya tidak perlu lagi untuk mempertentangkan antara Leader dan Manager ketika konteks pembicaraannya adalah manajemen organisasi. Seorang manajer pasti seorang pemimpin, yaitu pemimpin yang memimpin organisasi. Tidak bisa dibayangkan bagaimana kalau seorang manajer organiisasi bukan pemimpin organisasi itu.
Pemimpin adalah orang yang memimpin, yaitu orang yang selalu berada didepan dan inisiator, ideator, inspirator bagi insan organisasi untuk bertindak dan bekerja dalam kegiatan organisasi . Maka, dalam berbagai penjelasan mengenai manajemen dikenal empat fungsi manajemen, yaitu Leading, Organizing, Leading, dan Controlling. Artinya, fungsi leading itu melekat dalam pemahaman fungsi-fungsi manajemen..
Maka, David T Morgenthaler[1] merumuskan paduan Manager dan Leader itu kedalam sebuah Matrix dengan parameter Strong and Weak. Artinya, ada dimensi Weak Manager hingga Strong Manager dan Weak Leader hingga Strong Leader. Artinya, ada empat dimensi Leader & Manager:
- Weak Manager weak Leader
- Weak Manager strong Leader
- Strong Manager weak Leader
- Strong Manager strong Leader
Literatur klasik seperti Blake & Mouton Grid [1957] dimensi concern to people dan concern to production dimana resultante dari keduanya akan menjelaskan leadership[ style . Kemudian Reddin’s 3D Leadership Model yang megembangkan model dua dimensi Ohio studies yaitu Task-orientation dan Relationships-orientation dan menambahkan dimensi ketiga yaitu Effectiveness untuk menandai leadership style yang tepat.
Di sisi yang lain, Contingency Theory melihat keunikan organisasi menghendaki pendekatan yang khusus. maka, dalam leadership atau kepemimpinan dikenal Transactional Leader yaitu Ordinary Leader atau administrative leader yaitu pemimpin yang menjalankan business as usual. Sebaliknya, Transformational Leader adalah pemimpin yang mengantar anggotanya untuk melakukan suatu perubahan. Disini sangat jelas bagaimana pemimpin tidak mungkin melakukan perubahan sendiri. Kemampuan untuk menggerakkan orang lain itu adalah keahlian kepemimpinan dalam suatu proses manajemen. (http://fe.uajy.net/fs/as/
MUDA dan Tata Ruang
Seiring dengan pemahanan awal tentang dua continuum proses produksi, tata ruang atau layout juga mengacu pada kedua continuum tersebut. Maka, dikenal Functional Layout dimana mesin dan peralatan ditata sesuai dengan fungsinya; Line Layout dimana peralatan atau mesin ditata sesuai dengan urutan penyelesaian produk dan merupakan sebuah dedicated system.
Tahun 1958 an Mitrofanov, S.P., 1958, “The Scientific Principles of Group Technology” menulis tentang Group Layout untuk mengerjakan produk yang serumpun. Pertanyaan Mitrofanov sederhana, yaitu “bagaimana kalau Functional Layout harus mengerjakan variasi produk yang besar dengan volume yang besar pula namun tidak cukup ekonomis untuk dikerjakan dengan Line Layout? Maka, Mitrofanov muncul dengan proposal Group Technology yaitu pengelompokan produk yang bisa dikerjakan oleh teknologi yang sama, dan kemudian disebut family of parts atau rumpun produk. Ide Group Technology tentu saja menghendaki lay out yang berbeda dari yang sudah diketahui. Maka, muncul Cellular Layout dimana mesin-mesin disusun berdasar kebutuhan teknologi yang sesuai untuk mengerjakan rumpun produk. Group lay out pada dasarnya merupkana kombinasi dari Line layout dengan Fungtional layout.
Perkembangan tata ruang terakhir sebelum muncul fenomena baru di Gemba sekitar tahun 1950 an adalah proposal Mitrofanov. Perkembangan selanjutnya setelah teknologi digital berkembang adalah Young & Green [1. Young, C. & Greene, A., Flexible Manufacturing Systems. New York, NY: AMA Membership Publication Division, 1986. p.35.]
Apa yang dikemukakan oleh Young and Green tersebut belum banyak
berubah hingga tahun 2009. Perkembangan teknologi mesin cetak yang bisa
menghasilkan ribuan halaman per menit tanpa plate langsung dari file
dan langsung dijilid masuk di Special System, sedang perkembangan One Piece Flow masuk di Cell/Special Machine.
Artinya, variasi yang ada tersebut sudah mewadahi berbagai kemungkinan
variasi. Berbagai variasi model proses tersebut tentu saja menghendaki
tata ruang yang sesuai dengan tuntutan model.
Dari berbagai kajian mengenai tata ruang tersebut lazim berazal dari kajian akademik. Dalam fenomena Ky’zen di Gemba, mereka menemukan tata ruang yang mengandung

U layout yang mengubah line layout dalam One Piece
Flow Method muncul karena muda transportasi dimana operator harus
kembali ketempat awal setiap kali proses. Dengan U layout
operator tidak perlu berjalan jauh untuk memulai proses lagi. Eliminasi
MUDA Transportasi ini memunculkan penghematran penggunaan ruang atau space utilization.
Kasus lain penghilangan MUDA yang berujung kepada U layout adalah:
Tahun 1958 an Mitrofanov, S.P., 1958, “The Scientific Principles of Group Technology” menulis tentang Group Layout untuk mengerjakan produk yang serumpun. Pertanyaan Mitrofanov sederhana, yaitu “bagaimana kalau Functional Layout harus mengerjakan variasi produk yang besar dengan volume yang besar pula namun tidak cukup ekonomis untuk dikerjakan dengan Line Layout? Maka, Mitrofanov muncul dengan proposal Group Technology yaitu pengelompokan produk yang bisa dikerjakan oleh teknologi yang sama, dan kemudian disebut family of parts atau rumpun produk. Ide Group Technology tentu saja menghendaki lay out yang berbeda dari yang sudah diketahui. Maka, muncul Cellular Layout dimana mesin-mesin disusun berdasar kebutuhan teknologi yang sesuai untuk mengerjakan rumpun produk. Group lay out pada dasarnya merupkana kombinasi dari Line layout dengan Fungtional layout.
Perkembangan tata ruang terakhir sebelum muncul fenomena baru di Gemba sekitar tahun 1950 an adalah proposal Mitrofanov. Perkembangan selanjutnya setelah teknologi digital berkembang adalah Young & Green [1. Young, C. & Greene, A., Flexible Manufacturing Systems. New York, NY: AMA Membership Publication Division, 1986. p.35.]
Dari berbagai kajian mengenai tata ruang tersebut lazim berazal dari kajian akademik. Dalam fenomena Ky’zen di Gemba, mereka menemukan tata ruang yang mengandung
Untuk One Piece Flow Method,
dimana operator bekerja mengikuti alur proses pengerjaan produk,
seperti tampak dalam gambar diatas, operator harus kembali ke tempat
semula setelah proses di tahap akhir. Ini menciptakan Muda transportasi.
Maka, layout diubah menjad:
Kasus lain penghilangan MUDA yang berujung kepada U layout adalah:
Dalam gambar diatas ada dua mesin yang digunakan dalam proses yang melibatkan dua operator. Ini dilihat sebagai MUDA of Process. Operator di akhir proses itu dianggap MUDA karena pekerjaannya bisa dirangkap oleh operator di awal proses. Maka, perubahan L layout menjadi U layout telah mengeliminasi MUDA of process.
Kunci dari layout U adalah di Takt Time,
yaitu waktu standard untuk mengerjakan pekerjaan yang diperhitungkan
selaras dengan waktu standard pada rangkaian pekerjaan yang lain didalam
sistem. Esensinya adalah menghilangkan Muda of Waiting, Muda of Transportation, Muda, of Process, dan Muda of Inventory.
Waktu dari satu proses ke proses berikutnya selaras. Artinya,
kecepatan manusia bekerja adalah bagian dari kecepatan seluruh sistem
yang sebagian mekanik. Dengan kata lain, Takt Time membuat paduan
kecepatan bekerja antara manusia dengan mesin menjadi harmonis.
(http://fe.uajy.net/fs/as/)
KY’ZEN
KY’ZEN

Menurut Wikipedia[1]: Kaizen, dan menurut Masaaki Imai: Ky’zen[2]. Ky’zen terdiri dari dua huruf yaitu 改 (“ky”) dalam bahasa Jepang yang berarti berubah atau perubahan, sedang å–„ (“zen”) berarti baik. Jadi, Ky’zen kurang lebih berarti perubahan menjadi lebih baik. Dalam organisasi dimaknai sebagai perbaikan terus menerus tiada henti yang melibatkan seluruh anggota organbisasi.
Ky’zen adalah ruh bagi The Japanese Management Practices. Semua fenomena yang muncul di Gemba semata-mata disemangati oleh Ruh ini, karena ini bagian dari budaya masyarakat Jepang.
Perbaikan itu tidak pernah ada target, sama dengan sebelumnya berarti tidak ada perbaikan. Betapun kecil perubahan kearah yang lebih baik itu sudah cukup dari pada sama dengan sebelumnya. Misal bulan ini tingkat absensi 5%, maka bila bulan yang akan datang menjadi 4.99% itu sudah baik dibanding masih tetap 5%.
(http://fe.uajy.net/fs/as/)
Menurut Wikipedia[1]: Kaizen, dan menurut Masaaki Imai: Ky’zen[2]. Ky’zen terdiri dari dua huruf yaitu 改 (“ky”) dalam bahasa Jepang yang berarti berubah atau perubahan, sedang å–„ (“zen”) berarti baik. Jadi, Ky’zen kurang lebih berarti perubahan menjadi lebih baik. Dalam organisasi dimaknai sebagai perbaikan terus menerus tiada henti yang melibatkan seluruh anggota organbisasi.
Ky’zen adalah ruh bagi The Japanese Management Practices. Semua fenomena yang muncul di Gemba semata-mata disemangati oleh Ruh ini, karena ini bagian dari budaya masyarakat Jepang.
Perbaikan itu tidak pernah ada target, sama dengan sebelumnya berarti tidak ada perbaikan. Betapun kecil perubahan kearah yang lebih baik itu sudah cukup dari pada sama dengan sebelumnya. Misal bulan ini tingkat absensi 5%, maka bila bulan yang akan datang menjadi 4.99% itu sudah baik dibanding masih tetap 5%.
(http://fe.uajy.net/fs/as/)
Just In Time
Salah satu fenomena ilmu pengetahuan di abad 20 adalah kemunculan paradigma baru di bidang Operations Management yang dipicu oleh Japanese Management Pratices. Fenomena ini menandai kemunculan istilah Just In Time yang justru diberikan oleh para ilmuwan barat.
Istilah Just In Time sulit ditelusuri dari mana
asalnya, namun ada dua peristiwa yang bisa menjadi penanda atas
kemunculan fenomena tersebut. Pertama adalah kisah Taiichi Ohno yang ke
Amerika pada 1950 untuk belajar ke General Motor namun justru mendapat
inspirasi dari pasar swalayan disana untuk diterapkan di Toyota , dan
ke dua adalah kasus industri galangan kapal di Jepang setelah perang
dunia ke dua yang kekurangan permintaan atau over supply.
Ke dua fenomena tersebut menandai perubahan cara pikir dan cara padang mereka dalam praktek manajemen. Bahkan Productions and Operations Management Conference 1996 di Indianapolis perlu mengangkat tema The New Paradigm in Operations Management and The New Paradigm in Teaching Operations Management untuk menanggapi fenomena perubahan tersebut.
Inti dari Japanese Management Practices yang berkembang sejak kedua fenomena tersebut adalah perubahan dari Push System yang sebelumnya diterima sebagai sebuah kebenaran dalam manufacturing management ke Pull System. Dengan kata lain Pull System adalah anti tesa terhadap Push System. Gugatan Pull System ini kemudian menimbulkan dampak berantai terhadap setiap problem solving and decision making process yang bertumpu pada pengeliminasian Muda atau Waste yaitu segala sesuatu yang tidak mempunyai nilai tambah.
Cara pikir dan cara pandang yang baru ini sungguh revolusioner dalam melihat bagaimana produktivitas sebuah sistem harus ditingkatkan. Produktivitas adalah perbandingan antara output dengan input. Semakin besar output, given input, maka akan semakin besar produktivitasnya. Dalam sebuah sistem, perbedaan nilai output dari input disebabkan oleh penciptaan nilai dalam proses. Dengan kata lain, penciptaan nilai dalam proses membuat input bernilai tambah di output. Bila input 1000 dan output 1500 maka penciptaan nilai tambah dalam proses adalah 500. Masalahnya, didalam proses secara bersamaan diciptakan sekaligus Added Value dan Non Added Value. Cara pandang yang baru ini lebih menitik beratkan ke hasil, sehingga untuk meningkatkan Produktivitas, bukan Added Value yang ditiungkatkan, tetapi Non Added Value yang dieliminasi. Download file added_value . Silahkan memainkan simulasi file ini untuk mengetahui bagaimana jalan pikiran menaikkan produktivitas bukan dengan menaikkan Added Value tetapi dengan mengeliminasi.
.
The new way of looking and the new way of thinking ini secara gradual memunculkan temuan-temuan baru baru di Gemba atau shop floor atau tempat kerja. Akibat berantai dari perubahan Push System ke Pull System bisa di-identifikasi dari penurunan Biaya, penurunan Persediaan , dan perbaikan Kualitas.
Akibat lain yang muncul karena mandat pengeliminasian Muda adalah U Layout. Bukan hanya U Layout, tetapi juga konfigurasi tempat kerja baik produk maupun jasa, tak ketinggalan disain alat, meja kantor yang curve, dsb tidak lepas dari badai eliminasi Muda.
Disamping itu, usaha untuk tidak menghasilkan barang yang jelek telah menyemai penggunaan Poka Yoke, yaitu alat hasil inovasi di Gemba untuk mengurangi kesalahan. Poka Yoke bermacam-macam bentuk dan perannya. dari yang paling sederhana seperti penggunaan warna dalam Visual Management, hingga sensor yang serba otomatis dan terintegrasi.
Muda atau pemborosan bisa dikelompokkan menjadi:
Dalam perkembangannya, Just In Time yang pada awalnya muncul di Gemba, akhirnya menjadi sebuah kebenaran dalam manajemen ketika fenomena persaingan dunia menunjukkan bahwa dalam banyak fakta yang ditemukan oleh Russell, American Manufacturing Industries kalah dalam hal persaingan kualitas dengan Japanese Manufacturing Industries. Disamping itu, fenomena yang diamati oleh Michael Kidron dan Ronald Segal dalam The State of World Atlas menunjukkan bagaimana superior perkembangan produktivitas setiap jengkal tanah di Jepang terhadap Amerika.
.
.
PEMAHAMAN YANG SALAH PADA KONSEP ZERO INVENTORY
Banyak yang memahami Just In Time sebagai ZERO INVENTORY. Pemahaman ini sebenarnya sama sekali tidak salah, hanya kurang tepat. Just In Time tidak mengenal Zero Inventory, tetapi few inventory. Just In Time mengenal Zero Defect. Bahkan ada yang dengan lantang mengatakan bahwa Just In Time adalah Sure Unrealistic
termasuk kolega saya yang entah kulakan dari mana, atau bahkan kolega
lain lebih absurd yaitu bahwa dengan Just In Time maka EOQ tidak lagi
diperlukan. Waduuuh….
Karena Set Up Cost lebih rendah maka kurva Setup Cost bergeser ke kiri dan akibatnya Q optimal juga bergeser ke kiri atau lebih sedikit dan Total Inventory Cost turun. Fenomena Few Inventory dalam JIT terjadi seperti ini. Jadi, JIT tidak mengenal Zero Inventory, tetapi Few Inventory. Kata yang lebih mudah dihapahami mungkin : persediaan secukupnya.
Simulasi Excel berikut ini bisa digunakan untuk melihat bagaimana perubahan itu terjadi. Turunkan Setup Cost maka fenomena few inventory, bukan zero inventory, itu akan terlihat. Kehadiran Mizusumashi dalam sistem Kanban yang dipandu oleh Andon, yaitu visual management
untuk menandai kebutuhan persediaan pada setiap unit kerja dan membuat
persediaan selalu tersedia pada saat dibutuhkan. Sistem ini agak
berbeda dengan EOQ yang menggabungkan P System dan Q System sehingga
Periode tetap dan jumlah pesanan selalu tetap, dalam sistem Kanban
justru Periode selalu berubah demikian pula jumlah pesanan, sesuai
dengan kebutuhan. Jadi, sebenarnya, perbedaan mendasar antara sistem
Kanban dalam Just In Time dengan EOQ adalah pada sistem
informasi yang menyebabkan P atau periode pesanan selalau sama dan Q
atau unit yang dipesan selalau sama sehingga setup cost lebih rendah dan mengakibatkan Q bergeser ke kiri atau few inventory. Download file EOQ untuk melakukan siumulasi guna mengetahui bagaimana perubahan setup cost mempengaruhi Q optimal.
Ke dua fenomena tersebut menandai perubahan cara pikir dan cara padang mereka dalam praktek manajemen. Bahkan Productions and Operations Management Conference 1996 di Indianapolis perlu mengangkat tema The New Paradigm in Operations Management and The New Paradigm in Teaching Operations Management untuk menanggapi fenomena perubahan tersebut.
Inti dari Japanese Management Practices yang berkembang sejak kedua fenomena tersebut adalah perubahan dari Push System yang sebelumnya diterima sebagai sebuah kebenaran dalam manufacturing management ke Pull System. Dengan kata lain Pull System adalah anti tesa terhadap Push System. Gugatan Pull System ini kemudian menimbulkan dampak berantai terhadap setiap problem solving and decision making process yang bertumpu pada pengeliminasian Muda atau Waste yaitu segala sesuatu yang tidak mempunyai nilai tambah.
Cara pikir dan cara pandang yang baru ini sungguh revolusioner dalam melihat bagaimana produktivitas sebuah sistem harus ditingkatkan. Produktivitas adalah perbandingan antara output dengan input. Semakin besar output, given input, maka akan semakin besar produktivitasnya. Dalam sebuah sistem, perbedaan nilai output dari input disebabkan oleh penciptaan nilai dalam proses. Dengan kata lain, penciptaan nilai dalam proses membuat input bernilai tambah di output. Bila input 1000 dan output 1500 maka penciptaan nilai tambah dalam proses adalah 500. Masalahnya, didalam proses secara bersamaan diciptakan sekaligus Added Value dan Non Added Value. Cara pandang yang baru ini lebih menitik beratkan ke hasil, sehingga untuk meningkatkan Produktivitas, bukan Added Value yang ditiungkatkan, tetapi Non Added Value yang dieliminasi. Download file added_value . Silahkan memainkan simulasi file ini untuk mengetahui bagaimana jalan pikiran menaikkan produktivitas bukan dengan menaikkan Added Value tetapi dengan mengeliminasi.
.
Added Value vs Non Added Value
Nilai Tambah atau Added Value diciptakan dalam proses sehingga nilai output berbeda dari nilai input. Akan tetapi, dalam proses itu bukan hanya Added Value yang diciptakan, tetapi juga Non Added Value. Akibatnya output adalah gabungan dari Aded Value dan Non Added Value. Fenomena Japanese Management Practices, yang dipicu oleh penerapan Pull System, berusaha untuk mengeliminasi Non Added Value dalam proses sehingga output meningkat. Disamping itu, dalam konsep Pull System terkandung sebuah pesan untuk tidak mengirim Non Added Value kepada konsumen. Taguchi menjelaskan konsep ini dengan baik dalam kurva Loss Function-nya. Intinya, menghasilkan produk atau jasa sesuai dengan target value akan menghasilkan biaya terendah bagi konsumen , masyarakat maupun produsen. Sebaliknya, bila produk atau jasa dihasilkan tidak sesuai dengan target value maka salah satu pihak pasti harus menanggung kenaikan biayanya. Bisa produsen karena haru memproduksi barang atau jasa dengan biaya tinggi yang sebenarnya tidak dikehendaki konsumen, atau masyarakat/konsumen yang harus menderita karena harus membeli barang atau jasa yang tidak sesuai dengan harapannya.The new way of looking and the new way of thinking ini secara gradual memunculkan temuan-temuan baru baru di Gemba atau shop floor atau tempat kerja. Akibat berantai dari perubahan Push System ke Pull System bisa di-identifikasi dari penurunan Biaya, penurunan Persediaan , dan perbaikan Kualitas.
Akibat lain yang muncul karena mandat pengeliminasian Muda adalah U Layout. Bukan hanya U Layout, tetapi juga konfigurasi tempat kerja baik produk maupun jasa, tak ketinggalan disain alat, meja kantor yang curve, dsb tidak lepas dari badai eliminasi Muda.
Disamping itu, usaha untuk tidak menghasilkan barang yang jelek telah menyemai penggunaan Poka Yoke, yaitu alat hasil inovasi di Gemba untuk mengurangi kesalahan. Poka Yoke bermacam-macam bentuk dan perannya. dari yang paling sederhana seperti penggunaan warna dalam Visual Management, hingga sensor yang serba otomatis dan terintegrasi.
Muda atau pemborosan bisa dikelompokkan menjadi:
- Pemborosan untuk menunggu
- Pemborosan dalam transportasi atau perjalanan
- Pemborosan memproduksi produk atau jasa yang tidak baik
- Pemborosan untuk menyimpan persediaan dalam jumlah banyak
- Pemborosan produksi dalam jumlah banyak yang tidak diperlukan
- Pemborosan dalam proses
- Pemborosan dalam beraktifitas yang tidak perlu
Dalam perkembangannya, Just In Time yang pada awalnya muncul di Gemba, akhirnya menjadi sebuah kebenaran dalam manajemen ketika fenomena persaingan dunia menunjukkan bahwa dalam banyak fakta yang ditemukan oleh Russell, American Manufacturing Industries kalah dalam hal persaingan kualitas dengan Japanese Manufacturing Industries. Disamping itu, fenomena yang diamati oleh Michael Kidron dan Ronald Segal dalam The State of World Atlas menunjukkan bagaimana superior perkembangan produktivitas setiap jengkal tanah di Jepang terhadap Amerika.
.
Pull System
Konsep Pull System membawa perubahan makna yang revolusioner terhadap kata customer atau pelanggan. Dalam konsep Pull System, Pelanggan adalah next to us, atau siapa saja yang membutuhkan jasa atau produk kita. Sekali lagi siapa saja, jadi tidak harus mereka yang berada diluar orgabisasi. Dengan demikian pendorong ide, kegiatan, dan penentu parameter produk atau jasa seperti waktu, jumlah, disain, adalah pelanggan. Melakukan segala sesuatu seperti yang dikehendaki oleh pelanggan adalah mandat. Bila pelanggan mengehendaki hari ini dikirim telur bebek warna kuning 10 butir jangan dikirim besok warna kuning 10 butir atau hari warna hijau ini 10 butir atau hari ini warna kuning 8 butir, atau kemarin warna kuning 10 butir. Di pabrik Honda terpampang tulisan besar yang mudah dibaca dan menjadi pengingat bagi siapa saja sehingga masuk di daerah sub sadar:- Jangan menerima produk cacad
- Jangan membuat produk cacad
- Jangan mengirim produk cacad
.
PEMAHAMAN YANG SALAH PADA KONSEP ZERO INVENTORY
Banyak yang memahami Just In Time sebagai ZERO INVENTORY. Pemahaman ini sebenarnya sama sekali tidak salah, hanya kurang tepat. Just In Time tidak mengenal Zero Inventory, tetapi few inventory. Just In Time mengenal Zero Defect. Bahkan ada yang dengan lantang mengatakan bahwa Just In Time adalah Sure Unrealistic
termasuk kolega saya yang entah kulakan dari mana, atau bahkan kolega
lain lebih absurd yaitu bahwa dengan Just In Time maka EOQ tidak lagi
diperlukan. Waduuuh….
Kalau kita perhatikan model EOQ yang deterministik itu, maka konsep Just In Time sebenarnya sudah ada disana. Mari kita lihat dalam gambar berikut.
Q adalah Economic Order Quantity. Y adalah satu siklus pesanan. Persediaan sebesar Q pada t0 akan habis atau sebesar nol pada saat t2. Lead Time atau waktu datangnya pesanan sejak pesanan dibuat adalah L. Maka, saat memesan kembali atau re-order point adalah L atau t1-t2. Atau setelah persediaan tinggal sebesar R. Bila pesanan dibuat pada saat itu maka pada saat t2 yaitu ketika persediaan habis, pesanaan tepat datang. Just In Time bukan? Kondisi ini akan menyebabkan Total Inventory Cost= Holding Cost + Setup Cost menjadi minimum.
Namun, Just In Time tidak murni demikian. Kalau EOQ menggabungkan P System dan Q System sehingga P dan Q selalu sama untuk setiap Y maka Pull System yang memunculkan sistem Kanban yang artinya card atau kartu hasil inovasi Taiichi Ohno setelah melihat swalayan di Amerika telah membuat Setup Cost menjadi lebih rendah..
FENOMENA DAMPAK BERANTAI
Fenomena kemunculan Pull System yang tampak dari gejala di galangan kapal setelah perang dunia II dan inovasi Taiichi Ohno di Toyota, sebenarnya menimbulkan dampak berantai yang sekaligus terjadi pada :- penurunan persediaan yang menyebabkan pertambahan ruang dan penghematan modal kerja.
- tepat waktu produksi yang menghilangkan berbagai pemborosan biaya seperti waktu menunggu, produksi terlalu banyak.
- tepat jumlah produksi yang menghilangkan pemborosan produksi yang tidak perlu, penghematan ruang persediaan.
- perubahan tata letak yang menyebabkan penghilangan pemborosan penggunaan ruang, transportasi, waktu.
- tepat kualitas atau sesuai dengan target value yang menyebabkan pelanggan tidak harus menerima produk atau jasa yang sebenarnya tidak diinginkan, atau produsen tidak perlu memproduksi yang sebenarnya tidak digunakan oleh masyarakat.
- Penurunan Biaya
- Penurunan Persediaan
- Perbaikan kualitas
Hasil dari the new way of looking dan the new way of thinking
ini adalah laba yang semakin meningkat dan sebagai konsekuensi logis
akan memperbaiki return on investment ketika perubahan terus menerus itu
dilakakan bukan dengan menambah investasi secara signifikan. Literatur
baerat menami fenomena ini dengan Lean Manufacturing dan sudah banyak perusahaan-perusahaan besar mengarah kesana.
JIDOKA
Pull System adalah JIDOKA
yaitu pemberian otonomi yang lebih besar kepada karyawan atau
operator untuk melakukan keputusan yang berkaitan dengan aktifitas
operasi dibidang kerjanya. Bentuk otonomi atau pemberian wewenang yang
lebih besar ini tidak lepas dari eliminasi Muda di Pull System dimana 3
don’t diterapkan yaitu,
Jidoka memungkinkan para pekerja untuk membuat keputusan dan mencari jalan keluar sendiri terhadap masalah yang dihadapi. Jidoka juga memunculkan fenomena quality on the spot yang mendukung Zero Defect. Begitu abnormalitas terjadi maka unit kerja dimana abnormalitas terjadi langsung berhenti dan Andon merah menyala yang memberi tanda bahwa unit kerja tersebut sedang bermasalah. Maka operator di lini juga langsung berhenti dan membantu untuk mencari jalan keluar terhadap masalah yang sedang dihadapi oleh unit kerja yang sedang bermasalah tersebut. Cara ini jelas sekali bertentangan dengan cara pandang dan cara pikir lama dimana wewenang untuk menghentikan proses ada di supervisor. Maka, meskipun terjadi abnosmalitas proses terus berjalan meskipun sudah diketahui. Cara pandang dan cara pikir baru melihat proses selanjutnya untuk abnormalitas adalah Muda. Bayangkan berapa unit kerja lagi yang akan dilewati sebelum inspeksi barang jadi terakhir dan berapa banyak Muda yang akan dihasilkan?
Output dari Jidoka, disamping Quality On The Spot, juga inovative problem solving termasuk ide-ide inovatif untuk membuat peralatan atau alat bantu. Berbeagai alat bantu yang sekarang muncul di pasar sebagain besar muncul dari ide memecahkan masalah di tempat kerja. Ide-ide ini mengalir di Quality Circle atau pada saat mereka berhadapan langsung dengan masalah dan kemudian mengembangkannya dalam Quality Circle, yaitu kelompok yang secara sukarela bertkumpul untuk memecahkan masalah ditempat kerja.
Disamping itu, Jidoka juga menjadi stimuli bagi diri pekerja untuk semakin terlibat dalam kerja karena diberi kepercayaan yang lebih besar sehingga merasa lebih bertanggungjawab terhadap hasil kerjanya. Namun harus diingat, ruh Ky’zen yang menggerakkan sehingga Jidoka berjalan, semangat untuk terus menerus memperbaiki dengan cara memberi wewenang yang lebih besar kepada para pekerja untuk menyeselsaikan masalah pekerjaannya. Tidak salah kalau Toyota mengatakan bahwa “Employee satisfaction as the key to Customer satisfaction“ dan dengan tegas pula mengtakan “The System is alive“. Sistem yang berkembang di Gemba menjadi hidup karena ruh Ky’zen yang memunculkan Jidoka dan membuat keterlibatan pekerja atau operator semakin tinggi sehingga sistem itu tidak membeku atau tidak berkembang.
Dari sudut pandang Organizational Behaviour, sistem itu bukan lagi sekedar sebuah manufacturing system tetapi sudah menjelma menjadi Socio Technical System dimana tahap yang dilalui adalah:
Ketiga tahap ini dalam praktek tidak mudah diwujudkan karena peranan lingkungan ekonomi, sosial dan budaya yang sangat kuat. Job satisfaction, sebagai misal, karyawan di sebuah negara belum tentu sama dengan karyawan di negara lain. Lingkungan sosial dan ekonomi, termasuk persaingan bisnis, terutama yang sangat mempengaruhinya sehingga bahkan tahap awal Job Satisfaction pun tidak mudah diwujudkan, apalagi untuk melangkah ke tahap selanjutnya. Para praktisi sering mengeluh mengenai betapa sulitnya menumbuhkian self of belonging karyawan. Mungkin hal semacam ini juga dijumpai di ATM dan AHM yang di Jakarta. Namun hal serupa tidak dijumpai di Honda Philippines yang karyawannya antara 20-22 th. Disana tidak ada supervisor yang gentayangan di Gemba karena Jidoka berjalan. Salah satu middle managernya bahkan sedang berpikir keras bagaimana nanti kalau mereka berusia 25 keatas dan beristri. Mungkin inilah yang membedakan, lingkungan Japanese Management Practices dan Indonesian Management Practices, Phillippines Management Practices yang memang sangat mungkin berbeda.
- don’t accept bad product
- don’t make bad product
- dont’t delivere bad product
Jidoka memungkinkan para pekerja untuk membuat keputusan dan mencari jalan keluar sendiri terhadap masalah yang dihadapi. Jidoka juga memunculkan fenomena quality on the spot yang mendukung Zero Defect. Begitu abnormalitas terjadi maka unit kerja dimana abnormalitas terjadi langsung berhenti dan Andon merah menyala yang memberi tanda bahwa unit kerja tersebut sedang bermasalah. Maka operator di lini juga langsung berhenti dan membantu untuk mencari jalan keluar terhadap masalah yang sedang dihadapi oleh unit kerja yang sedang bermasalah tersebut. Cara ini jelas sekali bertentangan dengan cara pandang dan cara pikir lama dimana wewenang untuk menghentikan proses ada di supervisor. Maka, meskipun terjadi abnosmalitas proses terus berjalan meskipun sudah diketahui. Cara pandang dan cara pikir baru melihat proses selanjutnya untuk abnormalitas adalah Muda. Bayangkan berapa unit kerja lagi yang akan dilewati sebelum inspeksi barang jadi terakhir dan berapa banyak Muda yang akan dihasilkan?
Output dari Jidoka, disamping Quality On The Spot, juga inovative problem solving termasuk ide-ide inovatif untuk membuat peralatan atau alat bantu. Berbeagai alat bantu yang sekarang muncul di pasar sebagain besar muncul dari ide memecahkan masalah di tempat kerja. Ide-ide ini mengalir di Quality Circle atau pada saat mereka berhadapan langsung dengan masalah dan kemudian mengembangkannya dalam Quality Circle, yaitu kelompok yang secara sukarela bertkumpul untuk memecahkan masalah ditempat kerja.
Disamping itu, Jidoka juga menjadi stimuli bagi diri pekerja untuk semakin terlibat dalam kerja karena diberi kepercayaan yang lebih besar sehingga merasa lebih bertanggungjawab terhadap hasil kerjanya. Namun harus diingat, ruh Ky’zen yang menggerakkan sehingga Jidoka berjalan, semangat untuk terus menerus memperbaiki dengan cara memberi wewenang yang lebih besar kepada para pekerja untuk menyeselsaikan masalah pekerjaannya. Tidak salah kalau Toyota mengatakan bahwa “Employee satisfaction as the key to Customer satisfaction“ dan dengan tegas pula mengtakan “The System is alive“. Sistem yang berkembang di Gemba menjadi hidup karena ruh Ky’zen yang memunculkan Jidoka dan membuat keterlibatan pekerja atau operator semakin tinggi sehingga sistem itu tidak membeku atau tidak berkembang.
Dari sudut pandang Organizational Behaviour, sistem itu bukan lagi sekedar sebuah manufacturing system tetapi sudah menjelma menjadi Socio Technical System dimana tahap yang dilalui adalah:
- Job Satisfaction
- Employee Involvement
- Organizational Commitment
- Employee Involvement
Ketiga tahap ini dalam praktek tidak mudah diwujudkan karena peranan lingkungan ekonomi, sosial dan budaya yang sangat kuat. Job satisfaction, sebagai misal, karyawan di sebuah negara belum tentu sama dengan karyawan di negara lain. Lingkungan sosial dan ekonomi, termasuk persaingan bisnis, terutama yang sangat mempengaruhinya sehingga bahkan tahap awal Job Satisfaction pun tidak mudah diwujudkan, apalagi untuk melangkah ke tahap selanjutnya. Para praktisi sering mengeluh mengenai betapa sulitnya menumbuhkian self of belonging karyawan. Mungkin hal semacam ini juga dijumpai di ATM dan AHM yang di Jakarta. Namun hal serupa tidak dijumpai di Honda Philippines yang karyawannya antara 20-22 th. Disana tidak ada supervisor yang gentayangan di Gemba karena Jidoka berjalan. Salah satu middle managernya bahkan sedang berpikir keras bagaimana nanti kalau mereka berusia 25 keatas dan beristri. Mungkin inilah yang membedakan, lingkungan Japanese Management Practices dan Indonesian Management Practices, Phillippines Management Practices yang memang sangat mungkin berbeda.
Inventory Theory
Pertanyaan yang harus dijawab ketika akan mengadakan persediaan
bahan baku atau bahan pembantu adalah berapa harus dibeli, kapan harus
dibeli, dan dimana harus dibeli pada saat proses perencanaan. Jawaban
terhadap pertanyaan ini dicari agar efisiensi dan efektifitas operasi
dijaga. Secara teoritik, masalah utama persediaan atau Inventory adalah meminumkan Biaya Total Persediaan atau Total Inventory Cost.
Ada empat macam kategori biaya yang terlibat dalam masalah Persediaan, yaitu:
Biaya Pesan atau Ordering Cost, yaitu biaya-biaya langsung yang timbul atau bisa di-iedentifikasi karena pengadaan persediaan seperti Biaya Telp, Fax, Perjalanan, dan biaya lain-lain.
Biaya Pembelian atau Purchase Cost, yaitu biaya langsung yang berhubungan atau bisa di-identifikasi dengan harga persediaan. Jenis biaya ini disamping dibutuhkan pada saat penentuan parameter biaya persediaan yang berupa proporsi atau persentase antara biaya simpan per unit per periode dengan harga persediaan, juga dibutuhkan oleh model Quantity Discount ketika Volume persediaan menjadi penentu harga.
Biaya Kehabisan Persediaan atau Stock Out Cost, yaitu biaya yang timbul karena persediaan tidak tersedia pada saat proses berjalan. Biaya jenis ini pada umumnya berupa opportunity cost dan bisa dipisahkan menjadi dua yaitu internal opportunity cost dan external opportunity cost. Internal Opportunity Cost berupa idle capacity baik tenaga kerja maupun mesin. Akibatnya adalah average cost naik karena unit yang diproduksi per periode turun. Dengan kata lain, satuan biaya produk pasti akan naik. Ini rentetannya akan menjadi panjang karena hitumngan investasi didasarkan pada proceed yang bersumber pada kemampaun organisasi untu menghasilkan output. Sedang External Opportunity Cost berupa opportunity gain yang hilang karena kepuasan pelanggan menurun atau pasar di-isi oleh pesaing karena output berkurang sehingga pasar mencari subtitusi. Dampaknya akan etrlihat pada penurunan penjualan yang juga akan berakibat panjang bagi organisasi, mulai dari kembalian investasi, retrurn on investment. hingga pertumbuhan organisasi.
Biaya Persediaan atau Holding Cost berupa biaya langsung yang bisa di-identifikasi dengan munculnya persediaan di gudang seperti biaya asuransi, keamanan, listrik, perawatan, dan biaya-lain-lain. Jenis biaya ini bisa dinyatakan dalam biaya satuan persediaan per unit per periode atau dalam proporsi antaraharga persediaan dengan total biaya persediaan dalam satu periode.
`
Kegiatan bisnis dimulai dari penjualan atau sales. Apa yang akan
dijual dan berapa banyak akan dijual, serta kapan akan dijual adalah
awal pertanyaan yang harus dijawab dalam proses perencanaan. Setelah
jawaban diperoleh dari hasil sebuah rangkaian analisis yang bisa
dipertanggungjawabkan maka pertanyaan berikutnya adalah apa yang harus
diproduksi, berapa unit harus diproduksi, dimana harus diproduksi, dan
kapan harus diproduksi.Jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan ini
merupakan output dari Proses Penjadwalan atau Scheduling Process.
Persediaan barang jadi dan rencana persediaan barang jadi di akhir periode menjadi parameter proses penjadwalan, sedang Prediksi Penjadwalan menjadi Variabel. Outputnya sdalah unit yamng akan diproduksi. Secara sederhana, unit yang akan diproduksi= persediaan awal + rencana penjualan – persediaan akhir. Output dari proses penjadwalan ini adalah Rencana Produksi yang kemudian akan diturunkan menjadi kebutuhan bahan baku, tenaga kerja, dan factory overhead.
Manajemen Persediaan bila domainnya adalah persediaan bahan baku maka inputnya adalah output proses penjadwalan. Berapa unit yang akan diproduksi menjadi variabel proses manajemen persediaan dengan parameter persediaan awal bahan baku dan persediaan akhir bahan baku, sedang outputnya adalah berapa unit persediaan yang harus dibeli, kapan hareus dibeli, dan dimana harus dibeli. Dalam hal ini, jelas sekali terminologi Production Planning and Inventory Control atau Perencanaan dan Pengendalian Produksi dan Persediaan yang menjelaskan hubungan antara perencanaan dan ;pengendalian produksi dalam proses penjadwalan dengan perencanaan produksi dan pengendalian persediaan bahan baku. Dalam praktek, masih banyak dijumpai proses tersebut tidak terintegrasi sehingga sering menyebabkan persediaan menumpuk yang berakibat pada rendahnya perputaran persediaan dan opportunity cost positif dana yang tertanam di persediaan.
Biaya Pesan atau Ordering Cost, yaitu biaya-biaya langsung yang timbul atau bisa di-iedentifikasi karena pengadaan persediaan seperti Biaya Telp, Fax, Perjalanan, dan biaya lain-lain.
Biaya Pembelian atau Purchase Cost, yaitu biaya langsung yang berhubungan atau bisa di-identifikasi dengan harga persediaan. Jenis biaya ini disamping dibutuhkan pada saat penentuan parameter biaya persediaan yang berupa proporsi atau persentase antara biaya simpan per unit per periode dengan harga persediaan, juga dibutuhkan oleh model Quantity Discount ketika Volume persediaan menjadi penentu harga.
Biaya Kehabisan Persediaan atau Stock Out Cost, yaitu biaya yang timbul karena persediaan tidak tersedia pada saat proses berjalan. Biaya jenis ini pada umumnya berupa opportunity cost dan bisa dipisahkan menjadi dua yaitu internal opportunity cost dan external opportunity cost. Internal Opportunity Cost berupa idle capacity baik tenaga kerja maupun mesin. Akibatnya adalah average cost naik karena unit yang diproduksi per periode turun. Dengan kata lain, satuan biaya produk pasti akan naik. Ini rentetannya akan menjadi panjang karena hitumngan investasi didasarkan pada proceed yang bersumber pada kemampaun organisasi untu menghasilkan output. Sedang External Opportunity Cost berupa opportunity gain yang hilang karena kepuasan pelanggan menurun atau pasar di-isi oleh pesaing karena output berkurang sehingga pasar mencari subtitusi. Dampaknya akan etrlihat pada penurunan penjualan yang juga akan berakibat panjang bagi organisasi, mulai dari kembalian investasi, retrurn on investment. hingga pertumbuhan organisasi.
Biaya Persediaan atau Holding Cost berupa biaya langsung yang bisa di-identifikasi dengan munculnya persediaan di gudang seperti biaya asuransi, keamanan, listrik, perawatan, dan biaya-lain-lain. Jenis biaya ini bisa dinyatakan dalam biaya satuan persediaan per unit per periode atau dalam proporsi antaraharga persediaan dengan total biaya persediaan dalam satu periode.
`
Inventory Management
Dimensi Manajemen Persediaan atau Inventory Management mencakup:- Persediaan output atau barang jadi
- Persediaan barang dalam proses
- Persediaan bahan baku
- Persediaan bahan pembantu
Persediaan barang jadi dan rencana persediaan barang jadi di akhir periode menjadi parameter proses penjadwalan, sedang Prediksi Penjadwalan menjadi Variabel. Outputnya sdalah unit yamng akan diproduksi. Secara sederhana, unit yang akan diproduksi= persediaan awal + rencana penjualan – persediaan akhir. Output dari proses penjadwalan ini adalah Rencana Produksi yang kemudian akan diturunkan menjadi kebutuhan bahan baku, tenaga kerja, dan factory overhead.
Manajemen Persediaan bila domainnya adalah persediaan bahan baku maka inputnya adalah output proses penjadwalan. Berapa unit yang akan diproduksi menjadi variabel proses manajemen persediaan dengan parameter persediaan awal bahan baku dan persediaan akhir bahan baku, sedang outputnya adalah berapa unit persediaan yang harus dibeli, kapan hareus dibeli, dan dimana harus dibeli. Dalam hal ini, jelas sekali terminologi Production Planning and Inventory Control atau Perencanaan dan Pengendalian Produksi dan Persediaan yang menjelaskan hubungan antara perencanaan dan ;pengendalian produksi dalam proses penjadwalan dengan perencanaan produksi dan pengendalian persediaan bahan baku. Dalam praktek, masih banyak dijumpai proses tersebut tidak terintegrasi sehingga sering menyebabkan persediaan menumpuk yang berakibat pada rendahnya perputaran persediaan dan opportunity cost positif dana yang tertanam di persediaan.
HEIJUNKA
Ky’zen, yang terdiri dari dua makna penting yaitu:
Heijunka, yang juga tersemangati oleh Ky’zen, muncul untuk menghilangkan Muda di penjadwalan operasi. Cara pandang dan cara pikir lama selama ini terpaku pada dua continuum yaitu Job Shop dan Flow Shop. Kedua continuum tersebut memiliki karakteristik proses dan penjadwalan yang dipandang mengandung Muda oleh cara pikir dan cara pandang baru tersebut.
Job Shop bekerja untuk memenuhi pesanan, tata ruang berdasar fungsi masing-masing peralatan, alur proses mengikuti tahapan penyelesaian produk, proses tidak teratur atau intermittent sehingga work in process tinggi, dan penjadwalan menyebabkan beban kerja masing-masing unit kerja atau peralatan tidak seimbang sehingga sering terjadi idle capacity, bagaimana kalau pesanan semakin bervariasi dalam jumlah, disain, dan spesifikasi?
Flow Shop, bekerja untuk memenuhi permintaan gudang atau
bagian distribusi. Tata ruang diatur sesuai dengan urutan penyelesaian
produk demikian pula prosesnya, proses teratur atau continous sehingga work in process
relatif sangat kecil, dan penjadwalan hanya untuk satu jenis produk
saja untuk setiap kali proses. Bagaimana kalau harus mengerjakan produk
yang bervariasi?
Meskipun diantara kedua continuum tersebut masih ada berbagai variasi proses dan di poros tengahnya ditemukanFlexible Manufacturing System namun Hejiunka melihatnya dengan cara pandang yang beda.
Dalam Pull System dikenal Batch Flow dimana barang secara batch atau kelompok mengalir dari satu unit kerja ke unit kerja yang lain, dan One Piece Flow dimana hanya satu barang yang mengalir pada setiap kali proses yang melewati setiap unit kerja. Dalam kedua model ini aliran proses dari satu unit kerja ke unit kerja berikutnya teratur sesuai dengan siklus prosesnya sehingga work in process bisa tetap dijaga rendah. Dalam hal ini, Jidoka memungkinkan terjadinya mekanisme interupsi yang mengendalikan work in process di unit yang bermasalah menumpuk.
Heijunka, memandang idle capacity di line atau rangkaian unit kerja adalah Muda. Maka, Heijunka menghilangkan Muda tersebut melalui dua cara yaitu:
Heijunka, yang juga tersemangati oleh Ky’zen, muncul untuk menghilangkan Muda di penjadwalan operasi. Cara pandang dan cara pikir lama selama ini terpaku pada dua continuum yaitu Job Shop dan Flow Shop. Kedua continuum tersebut memiliki karakteristik proses dan penjadwalan yang dipandang mengandung Muda oleh cara pikir dan cara pandang baru tersebut.
Job Shop bekerja untuk memenuhi pesanan, tata ruang berdasar fungsi masing-masing peralatan, alur proses mengikuti tahapan penyelesaian produk, proses tidak teratur atau intermittent sehingga work in process tinggi, dan penjadwalan menyebabkan beban kerja masing-masing unit kerja atau peralatan tidak seimbang sehingga sering terjadi idle capacity, bagaimana kalau pesanan semakin bervariasi dalam jumlah, disain, dan spesifikasi?
Flow Shop, bekerja untuk memenuhi permintaan gudang atau bagian distribusi. Tata ruang diatur sesuai dengan urutan penyelesaian produk demikian pula prosesnya, proses teratur atau continous sehingga work in process relatif sangat kecil, dan penjadwalan hanya untuk satu jenis produk saja untuk setiap kali proses. Bagaimana kalau harus mengerjakan produk yang bervariasi?
Meskipun diantara kedua continuum tersebut masih ada berbagai variasi proses dan di poros tengahnya ditemukanFlexible Manufacturing System namun Hejiunka melihatnya dengan cara pandang yang beda.
Dalam Pull System dikenal Batch Flow dimana barang secara batch atau kelompok mengalir dari satu unit kerja ke unit kerja yang lain, dan One Piece Flow dimana hanya satu barang yang mengalir pada setiap kali proses yang melewati setiap unit kerja. Dalam kedua model ini aliran proses dari satu unit kerja ke unit kerja berikutnya teratur sesuai dengan siklus prosesnya sehingga work in process bisa tetap dijaga rendah. Dalam hal ini, Jidoka memungkinkan terjadinya mekanisme interupsi yang mengendalikan work in process di unit yang bermasalah menumpuk.
Heijunka, memandang idle capacity di line atau rangkaian unit kerja adalah Muda. Maka, Heijunka menghilangkan Muda tersebut melalui dua cara yaitu:
Heijunka yang bermazab Pull System mencari solusi lain yaitu dengan memainkan Volume dan Variasi Produk dalam penjadwalan sehingga trade off itu dihilangkan dan sistem beroperasi pada tingkat operasi yang dikehendaki dan tidak fluktuatif untuk meminimumkan idle capacity sehingga biaya rata-rata cenderung minimum.
Dalam suatu hari, di production line, bisa saja terjadi ada berbagai variasi produksi dan variasi jumlah produksi. Bukan hanya masalah resiko trade off yang dihilangkan tetapi juga memenuhi kepuasan pelanggan tepat waktu, tepat, jumlah, dan tepat sepesifikasi. Di Honda, terjadi di production line, beberapa tipe kendaraan dan warna berbeda diproduksi dalam satu hari. Juga, Toshiba, dalam satu hari di production line bisa dijumpai beberapa model Refrigerator dengan warna yang berbeda-beda. Inilah esensi dari Heijunka. Ini tentu saja berbeda dengan cara pandang dan cara pikir lama dimana dalam satu production line hanya satu jenis produk yang diproduksi.
‘
KANBAN MENDUKUNG HEIJUNKA
Bagaimana mungkin dalam satu hari di production line terdapat beberapa variasi produk dengan jumlah yang berbeda pula? Kuncimya adalah di Kanban sebagai sebuah sistem informasi persediaan dan sekaligus sistem pemasok persediaan.
Rencana produksi harian diturunkan menjadi rencana kebutuhan suku cadang dengan informasi mengenai kebutuhan seperti jumlah, unit kerja yang membutuhkan, lokasi, dan kapan dibutuhkan. Sebenarnya hampir mirip dengan MRP yang menggabungkan sekaligus Scheduling dan Inventory Control. Namun, MRP tidak berbicara mengenai penjadwalan produksi, hanya penjadwalan kapan persediaan harus dipesan, kapan harus datang, danberapa jumlahnya. Master Scheduling adalah input MRP. Jadi, Heijunka justru mulai dari penjadwalan produksi yang mengutamakan yang meminimumkan idle capacity dan diturunkan ke panjadwalan persediaan secara bertahap dan berangkai dengan Pull System; mulai dari level 0 kalau di MRP hingga ke level yang paling bawah. Ini berlaku untuk semua jenis assembly line, misal Water Pump, Generator, Car, Refrigerator, dll, Sebagai contoh, bila mobil adalah level 0 maka nut and bolt mungkin di level terbawah. Semuanya secara detil baik jumlah, waktu harus tersedia, dan lokasi tertera di Kanban.

Heijunka bukan hanya menggabungkan Scheduling dan Inventory Control, tetapi juga meminimumkan idle capacity sehingga output dari Heijunka, adalah penjadwalan produksi dengan volume produksi yang stabil dan meminimumkan idle capacity. Dengan Pull System,
penjadwalan produksi itu ditunjang oleh sistem Kanban dimana
Mizushumasi mengalirlkan persediaan dari gudang penyangga ke unit kerja
dan pemasok memenuhi permintaan gudang penyangga.
Jadi, fenomena Just In Time memang tidak bisa dilihat sepotong-sepotong, misal fallacious concept atau salah kaprah dalam memahami JIT sebagai zero inventory; setiap fenomena yang lahir selalu bisa dijelaskan dengan argumentasi logis dalam kaitannya dengan Ruh Ky’zen, perbaikan terus menerus tiada akhir yang melibatkan semua anggota organisasi.
- perbaikan terus menerus tiada henti
- melibatkan seluruh anggota organisasi
Heijunka, yang juga tersemangati oleh Ky’zen, muncul untuk menghilangkan Muda di penjadwalan operasi. Cara pandang dan cara pikir lama selama ini terpaku pada dua continuum yaitu Job Shop dan Flow Shop. Kedua continuum tersebut memiliki karakteristik proses dan penjadwalan yang dipandang mengandung Muda oleh cara pikir dan cara pandang baru tersebut.
Job Shop bekerja untuk memenuhi pesanan, tata ruang berdasar fungsi masing-masing peralatan, alur proses mengikuti tahapan penyelesaian produk, proses tidak teratur atau intermittent sehingga work in process tinggi, dan penjadwalan menyebabkan beban kerja masing-masing unit kerja atau peralatan tidak seimbang sehingga sering terjadi idle capacity, bagaimana kalau pesanan semakin bervariasi dalam jumlah, disain, dan spesifikasi?
Meskipun diantara kedua continuum tersebut masih ada berbagai variasi proses dan di poros tengahnya ditemukanFlexible Manufacturing System namun Hejiunka melihatnya dengan cara pandang yang beda.
Dalam Pull System dikenal Batch Flow dimana barang secara batch atau kelompok mengalir dari satu unit kerja ke unit kerja yang lain, dan One Piece Flow dimana hanya satu barang yang mengalir pada setiap kali proses yang melewati setiap unit kerja. Dalam kedua model ini aliran proses dari satu unit kerja ke unit kerja berikutnya teratur sesuai dengan siklus prosesnya sehingga work in process bisa tetap dijaga rendah. Dalam hal ini, Jidoka memungkinkan terjadinya mekanisme interupsi yang mengendalikan work in process di unit yang bermasalah menumpuk.
Heijunka, memandang idle capacity di line atau rangkaian unit kerja adalah Muda. Maka, Heijunka menghilangkan Muda tersebut melalui dua cara yaitu:
- volume produksi
- jenis atau macam produksi
- bekerja di economic of scale dengan resiko menyimpan persediaan yang beresiko pada kenaikan biaya penyimpanan, atau
- dibawah economic of scale dengan resiko idle capacity yang berakibat pada kenaikan biaya rata-rata operasi.
HEIJUNKA
Ky’zen, yang terdiri dari dua makna penting yaitu:- perbaikan terus menerus tiada henti
- melibatkan seluruh anggota organisasi
Heijunka, yang juga tersemangati oleh Ky’zen, muncul untuk menghilangkan Muda di penjadwalan operasi. Cara pandang dan cara pikir lama selama ini terpaku pada dua continuum yaitu Job Shop dan Flow Shop. Kedua continuum tersebut memiliki karakteristik proses dan penjadwalan yang dipandang mengandung Muda oleh cara pikir dan cara pandang baru tersebut.
Job Shop bekerja untuk memenuhi pesanan, tata ruang berdasar fungsi masing-masing peralatan, alur proses mengikuti tahapan penyelesaian produk, proses tidak teratur atau intermittent sehingga work in process tinggi, dan penjadwalan menyebabkan beban kerja masing-masing unit kerja atau peralatan tidak seimbang sehingga sering terjadi idle capacity, bagaimana kalau pesanan semakin bervariasi dalam jumlah, disain, dan spesifikasi?
Flow Shop, bekerja untuk memenuhi permintaan gudang atau bagian distribusi. Tata ruang diatur sesuai dengan urutan penyelesaian produk demikian pula prosesnya, proses teratur atau continous sehingga work in process relatif sangat kecil, dan penjadwalan hanya untuk satu jenis produk saja untuk setiap kali proses. Bagaimana kalau harus mengerjakan produk yang bervariasi?
Meskipun diantara kedua continuum tersebut masih ada berbagai variasi proses dan di poros tengahnya ditemukanFlexible Manufacturing System namun Hejiunka melihatnya dengan cara pandang yang beda.
Dalam Pull System dikenal Batch Flow dimana barang secara batch atau kelompok mengalir dari satu unit kerja ke unit kerja yang lain, dan One Piece Flow dimana hanya satu barang yang mengalir pada setiap kali proses yang melewati setiap unit kerja. Dalam kedua model ini aliran proses dari satu unit kerja ke unit kerja berikutnya teratur sesuai dengan siklus prosesnya sehingga work in process bisa tetap dijaga rendah. Dalam hal ini, Jidoka memungkinkan terjadinya mekanisme interupsi yang mengendalikan work in process di unit yang bermasalah menumpuk.
Heijunka, memandang idle capacity di line atau rangkaian unit kerja adalah Muda. Maka, Heijunka menghilangkan Muda tersebut melalui dua cara yaitu:
- volume produksi
- jenis atau macam produksi
- bekerja di economic of scale dengan resiko menyimpan persediaan yang beresiko pada kenaikan biaya penyimpanan, atau
- dibawah economic of scale dengan resiko idle capacity yang berakibat pada kenaikan biaya rata-rata operasi.
Heijunka yang bermazab Pull System mencari solusi lain yaitu dengan memainkan Volume dan Variasi Produk dalam penjadwalan sehingga trade off itu dihilangkan dan sistem beroperasi pada tingkat operasi yang dikehendaki dan tidak fluktuatif untuk meminimumkan idle capacity sehingga biaya rata-rata cenderung minimum.
Dalam suatu hari, di production line, bisa saja terjadi ada berbagai variasi produksi dan variasi jumlah produksi. Bukan hanya masalah resiko trade off yang dihilangkan tetapi juga memenuhi kepuasan pelanggan tepat waktu, tepat, jumlah, dan tepat sepesifikasi. Di Honda, terjadi di production line, beberapa tipe kendaraan dan warna berbeda diproduksi dalam satu hari. Juga, Toshiba, dalam satu hari di production line bisa dijumpai beberapa model Refrigerator dengan warna yang berbeda-beda. Inilah esensi dari Heijunka. Ini tentu saja berbeda dengan cara pandang dan cara pikir lama dimana dalam satu production line hanya satu jenis produk yang diproduksi.
‘
KANBAN MENDUKUNG HEIJUNKA
Bagaimana mungkin dalam satu hari di production line terdapat beberapa variasi produk dengan jumlah yang berbeda pula? Kuncimya adalah di Kanban sebagai sebuah sistem informasi persediaan dan sekaligus sistem pemasok persediaan.
Rencana produksi harian diturunkan menjadi rencana kebutuhan suku cadang dengan informasi mengenai kebutuhan seperti jumlah, unit kerja yang membutuhkan, lokasi, dan kapan dibutuhkan. Sebenarnya hampir mirip dengan MRP yang menggabungkan sekaligus Scheduling dan Inventory Control. Namun, MRP tidak berbicara mengenai penjadwalan produksi, hanya penjadwalan kapan persediaan harus dipesan, kapan harus datang, danberapa jumlahnya. Master Scheduling adalah input MRP. Jadi, Heijunka justru mulai dari penjadwalan produksi yang mengutamakan yang meminimumkan idle capacity dan diturunkan ke panjadwalan persediaan secara bertahap dan berangkai dengan Pull System; mulai dari level 0 kalau di MRP hingga ke level yang paling bawah. Ini berlaku untuk semua jenis assembly line, misal Water Pump, Generator, Car, Refrigerator, dll, Sebagai contoh, bila mobil adalah level 0 maka nut and bolt mungkin di level terbawah. Semuanya secara detil baik jumlah, waktu harus tersedia, dan lokasi tertera di Kanban.
Jadi, fenomena Just In Time memang tidak bisa dilihat sepotong-sepotong, misal fallacious concept atau salah kaprah dalam memahami JIT sebagai zero inventory; setiap fenomena yang lahir selalu bisa dijelaskan dengan argumentasi logis dalam kaitannya dengan Ruh Ky’zen, perbaikan terus menerus tiada akhir yang melibatkan semua anggota organisasi.
Langganan:
Postingan (Atom)