Pemahaman
Management atau Manajemen sebagai sebuah kosa
kata mungkin dipahami berbeda dan seluas pemahaman orang mengenai
makna kosa kata itu sendiri. Lihat sebagai misal ambiguitas Management
di Wikipedia
http://en.wikipedia.org/wiki/. Bila ada sebuah organisasi bisnis
out performed
maka management menjadi object yang harus dihujat. Orang dengan mudah
mengatakan mis management, manajemen amburadul, manajemennya tidak baik,
dsb. Pertanyaan yang muncul kemudian adalah Apakah manajemen itu dan
bagaimana manajemen itu sehingga orang dengan mudah menimpakan segala
masalah organisasi kepadanya?
Mungkin agak sulit untuk menelusuri asal muasal kemunculan istilah
tersebut untuk memaknai apa yang terjadi dalam interaksi umat manusia
dalam berkarya. Kata kerja
manage berasal dari bahasa Italia
maneggiare yang artinya mengendalikan, khususnya kuda dan diturunkan dari bahasa Latin
manus yang artinya tangan. Dalam bahasa Perancis kata
mesnagement dan kemudian berkembang menjadi
ménagement dipengaruhi oleh arti
management dalam bahasa Inggris di abad 17 dan 18. [Wikipedia]
Banyak penulis kemudian memunculkan penjelasan berbeda-beda dan terus
berkembang. Bila ditelusuri kebelakang, maka sebenarnya manajemen
sudah ada dalam setiap kegiatan dimana dua orang atau lebih saling
bekerja sama untuk mewujudkan tujuan bersama. Mungkin karena
keterkejutan atas kemunculan fenomena-fenomena akibat dampak revolusi
Industri, maka para pemikir barat baru menaruh perhatian sejak saat
itu. Mungkin, fenomena-fenomena timur dengan bahasa timur dan
morfologi timur yang beraneka ragam kurang menarik perhatian pada saat
itu, meskipun fenomenanya sama, yaitu bagaimana manusia terlibat
bekerjasama untuk mewujudkan tujuan umum yang sama.
 |
|
Kisah perjalanan Musa menyiratkan adanya pengelolaan terhadap proses
perjalanan menuju tujuan. Mulai dari perencanaan yang tentu saja tidak
mudah hingga pengelolaan didalam proses perjalanan. Dan, pelajaran
menarik telah diberikan oleh mertua Musa ketika melihatnya selalu
kerepotan untuk memecahkan berbagai masalah sejak pagi. Maka beliau
menyarankan agar Musa membagi mereka dalam kelompok-kelompok serta
memecahkan terlebih dahulu masalah mereka dalam kelompok. Mungkin inilah
pelajaran tertua organisasi mengenai Divisionalisasi dan Rentang
Kendali. Disamping itu, kasus menara Bibel juga telah memberi palajaran
mengenai cita-cita atau perencanaan yang tak realistik dan bagaimana
komunikasi dalam organisasi diperlukan untuk mewujudkan tujuan yang
sama.
 |
|
Demikian pula dengan berbagai proses pembangunan Piramida di Mesir
yang tidak sederhana dan melibatkan ribuan pekerja serta artsitektur
yang tidak sederhana. Ilmu pengetahuan modern belum bisa memecahkan
misteri jendela di salah satu Piramida yang tepat ke arah bintang
Orion. Tanpa pengetahuan yang memadai, koordinasi tentu sulit
dilakukan.
Juga maha proyek The Great Wall atau Tembok Besar China yang
panjangnya 2484 miles dan terlihat dari ruang angkasa. dengan
mengkoordinasikan beberapa kerajaan dan dikerjakan oleh ribuan orang
dari beberapa generasi. Bayangkan, bagaimana mengkoordinasi
sumber-sumber untuk membangun tembok diatas gunung-gunung dengan iklim
empat musim. Pasti bukan hal yang sederhana.
Tak ketinggalan candi besar Borobudur yang dibangun diatas Bukit
dengan menggunakan bebatuan dari gunung disekitarnya dan pembangunannya
juga melibatkan beberapa generasi. Bahkan satuan ukurnyapun belum bisa
dipecahkan oleh ilmu pengetahuan saat ini, termasuk fenomena posisi
bangunan terhadap kutub serta fenomena Waicak dimana bulan purnama akan
selalau tepat berada diatas puncak stupa
|
 |
Demikian pula dengan kompleks di Candi Prambanan dimana Hinduisme
dan Budhisme bersanding seakan memberi pesan kepada generasinya bahwa
perbedaan dalam harmoni itu bisa diwujudkan. Icon-icon karya besar
manusia pada jaman itu pasti didahului oleh ide mengenai tujuan yang
hendak diwujudkan dan kemudian dituangkan dalam tahapan tindakan.
Monumen besar karya manusia itu jelas melibatkan jumlah sumber daya
yang luar biasa banyak, seperti manusia, logistik, bahan baku, serta
rentang waktu yang sangat panjang dan bahkan antar generasi. Tanpa
proses tata kelola dan knowledge management yang memadai niscaya
bangunan itu bisa terwujud, alih-alih seperti menara Bibel. Sayangnya,
orang lebih melihat kehebatan monumen itu namun jarang yang tertarik
untuk berpikir bagaimana proses pembangunannya sehingga monumen itu
bisa terwujud. Mungkin karena monumen-monumen itu berasal dari timur
di abad pertama yang bahasanya masih dipelajari ketika peradaban
tulisan barat mulai merambah dunia lain seiring dengan semangat
penjelajahan dan penjajahan mereka sejak The Great Alexander. Artinya,
pelajaran mengenai manajemen dan organisasi itu sebenarnya sudah ada
sejak manusia mulai bekerjsa sama untuk mewujudkan tujuan yang sama.
 |
|
|
 |
Sebuah ironi terjadi lagi ketika dunia dikagetkan oleh keberhasilan
Jepang yang seakan baru bangkit setelah perang dunia ke dua. Seakan
bangsa Jepang tidak mempunyai pengetahuan sebelumnya. Karena ilmu
pengetahuan Jepang selama ini ditulis dalam aksara Jepang dan tidak
banyak yang tahu, sedang aksara latin yang lebih banyak menguasai.
Maka, tidak banyak yang tahu bagaimana proses Jepang menang perang
terhadap Rusia pada tahun 1905 yang menginspirasi kelahiran Boedi
Oetomo di Indoensia. Padahal, pada saat itu Isoroku Yamamoto, yang di
tahun 1941 menjadi admiral di
super-battleship Yamato
dan punya ide untuk menyerang Pearl Harbour, kehilangan dua jarinya
di Tsushima saat perang dengan Rusia tahun 1905 itu. Dekade berikutnya,
Jepang sudah mampu membangun sejumlah armada kapal induk seperti
Akagi, Hiryu, Kanga, Hiryu, Soryu [
http://www.janesoceania.com/midway_battle/index.htm ], dan bahkan
super-battleship
Yamato [
Φ watch video] diluncurkan tahun 1941
. Juga armada pesawat terbang Zero [
Φ watch video], sistem komunikasi, senjata, dan amunisi yang digunakan untuk menyerang Pearl Harbour 1941 dan Midway 1945 [
Φ watch video].
Mungkin filmnya lebih menarik barangkali. Jelas, mereka sudah
mempunyai pengetahuan manajemen untuk mewujudkan itu semua. Namun,
jarang sekali, pengetahuan itu menjadi literatur pelajaran manajemen
yang mendampingi literatur barat.
Jadi, sebenarnya proses manajemen dalam pemahaman yang berasal dari
tulisan penulis-penulis barat itu sudah ada sebelum mereka menulis.
Hanya karena faktor bahasa dan penjelejahan dan penjajahan bangsa barat
maka akhirnya aksara latin lebih dominan dan demikian pula dengan
tulisan-tulisan mereka.
Kalau menurut teori evolusi manajemen, awalnya adalah teori klasik
seperti Adam Smith, dan kemudian bercabang menjadi dua yaitu Henry
Fayol – Teori Organisasi Klasik yang berbicara pertama kali mengenai
bentuk organisasi bisnis, dan FW Taylor-Scientific Management yang
mulai menerapkan kaidah-kaidah ilmiu pengetahuan di pabrik. Teori
Organisasi klasik kemudian dilanjutkan kelahiran Psikologi Industri
oleh Elton Mayo, sedang Scientific Management dilanjutkan oleh
kehadiran Operations Research atau Management Science. Capstone dari
dua cabang ini adalah Contingency Theory dan System Theory.
Namun demikian, untuk menelusuri pemikiran orang barat mengenai
manajemen ada satu pendapat yang pantas diperhatikan yaitu Marry
Parkert Follet. Mungkin karena latar belakang beliau adalah orang
politik maka cara pandangnya agak berbeda. Bahkan sebenarnya, belIau
sudah menandaskan mengenai pentingnya
power sharing jauh sebelum Peter Drucker menulis
Management by Objective.
Yang menarik dari pemikiran MPF adalah sintesa antara
Collectivism dan
Individualism,
yang mengiringi perang kedua ideologi berabad-abad. Dalam hal ini,
eksiklik gereja katolik sejak Rerum Novarum dan selama ratusan tahun
berikutnya juga berkutat soal sintesa kedua ideologi tersebut, bahkan
hingga ensiklik John Paul II seiring dengan pergolakan panjang di
Polandia. MPF, dalam hal ini mulai memunculkan pemikirannya mengenai
power sharing,
hal yang mungkin sulit diterima di barat di jamannya. Pemikirannya
mengenai manajemen sebagai “geting things done through other people”
mungkin banyak dilandasi oleh sintesanya. Hal ini tentu saja berbeda
dengan pandangan para penulis barat di bidang manajemen seperti Kontz,
Stoner, dll. Namun, kini sudah mulai banyak penelitian mengenai Values
among The Nations, misal Hofstede, dan mungkin akan memunculkan keunikan
manajemen di berbagai bangsa yang akan semakin membuka pemikiran
manajemen di berbagai bangsa. Robbins and Judges bahkan dalam bukunya
Organizational Behavior and Management mengajak para peneliti di
berbagai dunia untuk bekerja sama.
Jadi, manajemen sebenarnya ada disekitar kita dan kita lakukan
ketika kegiatan atau proses untuk mengelola sumber-sumber, seperti
dana, sumber daya insani, logistik, waktu, pikiran, teknologi,
kreatifitas untuk mewujudkan sesuatu yang bisa beruwujud atau tidak
berwujud. Manajemen diri adalah praktek manajemen pertama kali yang
dipelajari sambil melakukan. Ini sebenarnya paling mudah karena
mengendalikan diri sendiri, namun juga paling sulit karena
mengendalikan diri sendiri itu tidak mudah. Orang bijak berkata bahwa
musuh paling besar manusia adalah diri sendiri. Memimpin diri sendiri
dan mengatakan “tidak” adalah hal yang tidak mudah dalam manajemen
diri. Berlanjut ke manajemen keluarga yang sedikit lebih rumit karena
sudah melibatkan orang lain. Dengan demikian Manajemen itu bukan
sesuatu yang asing dalam hidup kita, manajemen bisa dirasakan dan bisa
dilihat hasilnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar